[JAKARTA] Wajah Indo¬nesia saat berusia satu abad pada 2045, diprediksi akan sangat baik. Untuk mewujudkan harapan tersebut, In¬donesia harus menempuh li¬ma strategi. Empat di antara¬nya telah dikembangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yakni pro-growth, pro-poor, pro-jobs, dan pro-environment, ditambah pro-technology.
Demikian pemikiran Mayor (Inf) Agus Harimurti Yudhoyono, saat membawa¬kan presentasi berjudul Indo¬nesia di Tahun 2045, dalam diskusi bertema Reach Higher, di UPH Festival, Kamis (22/8) lalu.
Dalam presentasinya, Agus memandang generasi 2045 yang akan memimpin Indonesia kelak, merupakan generasi emas. Namun, un¬tuk menjadi generasi emas, perlu mengidentifikasi apa saja yang akan menjadi peluang dan tantangan yang akan dihadapi.
Menurut pria lulusan Akademi Militer pada 2000 ini, wajah dunia telah sangat berubah, seiring perkem¬bangan dan revolusi infor¬masi, teknologi, dan komu¬nikasi (information, communication, and technology/ICT), seiring pesatnya arus globalisasi.
Kondisi itu membuat penduduk dunia, yang dipre¬diksi mencapai 9 miliar, akan mengalami tiga masa¬lah utama, yaitu potensi ter¬jadinya kelangkaan, kompe¬tisi, dan konflik dalam ber-bagai isu, seperti kelangkaan energi, pangan, dan juga air.
Meskipun demikian, alumnus SMA Taruna Nu¬santara ini optimistis, wajah Indonesia pada 2045 akan sangat baik. Prediksi pertama, saat itu Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar ketujuh di dunia, de¬ngan proyeksi Produk Do¬mestik Bruto (PDB) sebesar US$ 12 triliun dan PDB per kapita sebesar US$ 37.000, atau dengan kata lain hampir 10 kali lipat dari PDB per ka¬pita saat ini.
"Untuk mewujudkan hal tersebut, menurut Agus, di¬butuhkan lima strategi, yakni pro-growth, pro-poor, pro-jobs, dan pro-environment, dengan penambahan pro-technology," ujarnya.
Prediksi kedua, dia me¬nyebutkan, dengan basis ekonomi yang kuat, Indone¬sia akan menjadi negara yang memiliki kekuatan militer, yang kuat. "Dengan mengalokasikan 1% dari PDB pada 2045 untuk sektor pertahanan, Indonesia bisa melengkapi kekuatan mili-ternya dengan alutsista (alat utama sistem pertahanan) yang modern dan bertekno¬logi tinggi, sehingga dapat menjaga keutuhan NKRI dan tiap jengkal wilayah teritorial sampai pulau-pulau terluar," paparnya.
Langkah tersebut, menu¬rutnya, merupakan memasti¬kan kedaulatan tetap terjaga dari segala potensi ancaman yang datang dari luar mau¬pun dari dalam. "Hal ini ten¬tu harus didukung dengan semakin ditingkatkannya diplomasi pertahanan dan kerja sama militer dengan negara-negara sahabat, se¬hingga tidak hanya ditakuti lawan namun juga disegani kawan," jelas peraih gelar master bidang strategic studies dari Nanyang Technological University (NTU), Si¬ngapura, tersebut.
Prediksi ketiga, terciptanya demokrasi yang stabil dan matang. Menurutnya, demokrasi, kebebasan, dan euforia pemilihan umum bu¬kanlah tujuan akhir, namun proses mencapai seluruh ci¬ta-cita menuju bangsa yang aman, damai, dan sejahtera.
"Prestasi Indonesia da¬lam bereformasi dengan da¬mai dan aman, dapat menja¬dikan Indonesia sebagai Champion of Direct Democracy, di mana hanya di In¬donesia, kepala negara sam¬pai kepala daerah dapat dipi¬lih langsung oleh konstituen¬nya," ujarnya.
Prediksi keempat, yaitu peradaban yang maju dan unggul. Agus melihat, pada 2045 Indonesia akan menja¬di bangsa yang damai, berto¬leransi, dan menjunjung tinggi harmoni antarsesama.
Selain itu, masyarakat Indonesia akan menjadi ma¬syarakat yang rasional dan setiap warganya mendapat¬kan akses yang setara untuk menempuh pendidikan ting¬gi dan akses pada ICT.
"Hal itu harus didukung dengan upaya seluruh ma¬syarakat untuk memelihara semangat Unity in Diversity atau Bhinneka Tunggal Ika, dan juga memperkokoh har¬moni yang sudah ada selama ini antarsesama," kata peraih gelar master bidang adminis¬trasi publik dari John F Kennedy School of Government, Harvard University, Massachusetts AS ini. [A-17], Sumber Koran: Suara Pembaruan (29 Agustus 2013/Kamis, Hal. 06)