Selasa, 27
Agustus 2013 | 08:33 WIB
SOLO, KOMPAS.COM
- Tindakan warga Balurwati mendobrak Sasanaputra Keraton Solo, Jawa Tengah,
Senin (26/8/2013) mengejutkan banyak pihak. Kepolisian dan TNI pun turun tangan
mengamankan lokasi, untuk menjaga keamanan Kota Solo.
“Warga bisa
terlibat dalam konflik keraton kali ini mempunyai alasannya, salah satunya
tentang keberadaan kelompok beladiri pencaksilat yang dikerahkan oleh dewan
adat," kata juru bicara kubu Sinuhun Pakubuwono ke-13, Bambang Ary, Senin
(26/8/2013) malam, usai diminta keterangan di Polresta Solo.
Tindakan warga,
lanjut Bambang, dipicu pula kabar bahwa Raja Solo disandera di dalam keratonnya
sendiri. "Disandera oleh mereka (kubu dewan adat, red). Siapa yang
memulai?" ujar dia.
Menurut Bambang,
tindakan warga ini merupakan akumulasi kekecewaan warga terhadap dewan adat
keraton, terutama terkait kebijakan mereka mengerahkan kelompok pengamanan
swakarsa.
Sementara warga
menyatakan tindaka mereka mendobrak pintu keraton, dipicu pula oleh sikap kasar
para anggota bela diri dari kubu dewan adat terhadap warga.
“Sebetulnya kami
prihatin dengan konflik di keraton, namun kami lebih prihatin lagi dengan
perlakuan salah satu anggota pencaksilat yang mendorong warga di saat warga
ingin datang ke keraton unuk acara halabihalal di keraton. Warga berharap di
Baluwarti tidak ada lagi anggota pamswakarsa tersebut” papar Fery, salah satu
warga, kepada Kompas.com.
Pendobrakan
pintu salah satu ruang utama keraton dilakukan warga, tidak tanggung-tanggung
menggunakan mobil hardtop. Warga geram mendengar kabar raja keraton Solo
disandera oleh dewan adat. Usai mendobrak, warga pun masuk ke lokasi keraton
untuk mencari anggota pamswakarsa yang diisukan menyandera sang raja.
Kapolresta Solo,
Kombes (pol) Asdjima’in yang datang ke lokasi sempat meminta warga untuk
membubarkan diri. Dia memastikan bahwa PB ke-13 dalam keadaan aman. “Kami minta
keraton untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri dan warga jangan turut
campur” kata dia.
Untuk
mengendalikan situasi, ratusan aparat gabungan ditempatkan baik di dalam maupun
di luar keraton Surakarta. Para anggota pengamanan swakarsa dari kubu dewan
adat, juga diminta meninggalkan lokasi, dipindahkan menggunakan truk TNI.