30/07/2013 11:18
Liputan6.com, Jakarta: Ini era
perang teknologi. Semestinya intelijen Indonesia mampu melakukan jamming dan
mengganggu balik penyadap Presiden SBY. Demikian pendapat mantan perwira
Direktorat B Urusan Luar Negeri Badan Intelijen Stategis (Bais) TNI Mayjen TNI
Purn Glenny Kairupan.
Kasus penyadapan terhadap
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam pertemuan puncak G20 di London,
Inggris pada 2009 silam mencuat setelah media Sydney Morning Herald melaporkan
Australia mendapat keuntungan dari aksi mata-mata itu.
Menanggapi hal ini, Glenny yang
kini menjadi analis politik mengemukakan, penyadapan terhadap pembicaraan SBY
mungkin saja terjadi, karena merupakan sinergi antarnegara persemakmuran.
"Kalau dilihat aktor
politiknya adalah melibatkan Inggris dan Australia, dan juga Amerika Serikat,
sangat mungkin memang ada kepentingan seperti itu," kata Glenny yang juga
di Jakarta, Selasa (30/7/2013).
Glenny yang pernah menjadi
pengajar di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) itu mengemukakan, saat ini
adalah era perang teknologi. Sehingga dalam konteks itu, dibutuhkan kemampuan
untuk melakukan pengamanan. Bisa mengganggu balik pihak komunikasi pihak
penyadap.
"Kita juga mesti mampu untuk
melakukan jamming dan mengganggu komunikasi pihak yang menyadap," ujarnya.
Sewaktu era pemerintahan Presiden
Soeharto, lanjut dia, pengamanan terkait pembicaraan rahasia dan penting
seorang kepala negara dilakukan oleh Badan Intelijen Strategis (Bais).
"Namun, apakah peran itu
masih ada. Saya juga tidak mengetahui secara persis," ucap Glenny yang
juga pernah menjadi teman 1 angkatan dengan SBY saat di Akmil pada 1973.
Dia mengakui Kota London, Inggris
terkenal dalam dunia sadap-menyadap dalam kaitan intelijen dan diplomatik.
Sehingga tidak mengherankan muncul peristiwa yang menimpa kepala negara Asia,
termasuk SBY.
Mengenai bagaimana
mengantisipasinya, Glenny mengemukakan pentingnya simpul-simpul pengamanan
presiden. Dan meyakinkan bahwa pembicaraan melalui telepon hendaknya dilakukan
hanya untuk yang disebutnya 'janjian ketemu di suatu tempat'.
"Jadi, pembicaraan telepon
tidak pada konten atau substansi strategis. Itu paling tidak (merupakan) upaya
untuk menghindari substansi pembicaraan strategis disadap," tutup Glenny.
Penyadapan
Laporan intelijen menyebut hasil
penyadapan itu digunakan untuk mendukung tujuan diplomatik Australia, termasuk
pula dukungan untuk memenangkan kursi jabatan di Dewan Keamanan PBB.
KTT G20 di London juga
disebut-sebut dalam bocoran rahasia mantan karyawan kontraktor pertahanan AS
Edward Snowden. Seperti dimuat CNN, dokumen tersebut menunjukkan Government
Communications Headquarters (GCHQ) Inggris menggunakan kemampuan intelijennya
untuk mencegat panggilan yang dilakukan anggota delegasi G20 dalam pertemuan di
London.
GCHQ juga membuat kafe internet
untuk para delegasi, dalam rangka membajak surat elektronik (email) dan
menangkap kata-kata kunci -- yang membuat agen intelijen bisa membaca email
para delegasi dan memonitor penggunaan komputer mereka dengan key-logging software.
"Lalu, menyediakan pilihan aksi terhadap mereka bahkan setelah konferensi
berakhir."
GCHQ di Amerika Serikat setara
dengan Badan Keamanan Nasional (NSA), dinas intelijen komunikasi yang kerjanya
sangat rapi dan punya kerahasiaan tingkat tinggi.
Guardian juga melaporkan NSA
berusaha menguping pembicaraan Presiden Rusia saat itu Dmitry Medvedev selama
konferensi, saat panggilan teleponnya melewati hubungan satelit ke Moskow.