Minggu, 28 Juli 2013 00:27
MUSI BANYUASIN - Ultimatum Dirut Pertamina Karen Agustiawan menghentikan operasi pipa Tempino-Plaju sebelum ada langkah konkret aparat menuntaskan persoalan illegal tapping yang kian menggila, direspon aparat keamanan. Kemarin (27/7), jajaran Polres Muba di-back up Polda Sumsel dan TNI mulai menggelar operasi. Sebanyak 240 personel kepolisian dan 100 TNI diterjunkan untuk menekan serta menangkap pelaku illegal tapping di jalur pipa Pertamina Tempino-Plaju. Itu belum ditambah 60 personel dari Kodam II/Swj yang akan bergabung pada 2 Agustus nanti.
Kapolres Muba AKBP Iskandar F Sutisna, mengungkapkan, operasi tersebut dilakukan selama satu bulan. Dua polsek yang menjadi lokasi illegal tapping, Bayung Lencir dan Sungai Lilin, ditunjuk sebagai pusat komando operasi. ”Aparat yang ada kami tempatkan di sepuluh pos sepanjang jalur pipa Tempino-Plaju. Enam pos di wilayah Polsek Bayung Lencir dan empat pos di Polsek Sungai Lilin,” ungkapnya, usai gelar pasukan. Menurut Iskandar, pihaknya menempatkan lebih banyak personel di Bayung Lencir karena dua kecamatan di wilayah itu yakni Bayung Lencir dan Tungkal Jaya, paling sering menjadi lokasi illegal tapping. ”Kita harapkan operasi ini sukses menuntaskan persoalan illegal tapping.”
Iskandar mengatakan bahwa selama ini pihaknya tidak tidur dalam mengungkap kasus illegal tapping. Bahkan dibanding 2012 lalu yang hanya 97 kasus, di tahun ini hingga pertengahan Juli, pihaknya sudah mengungkap 151 kasus. ”Dari jumlah itu, 25 di antaranya sudah dinyatakan P-21. Kami juga sudah mengamankan barang bukti berupa 215 truk serta menyelamatkan minyak mentah sebanyak 330.580 liter senilai Rp2,1 miliar yang sudah dikembalikan kepada PT Elnusa,” bebernya. Namun, diakui Iskandar pelaku yang terungkap baru sebatas pemeran di lapangan seperti sopir atau pengawas keran pipa minyak. Sementara, pelaku utama yang membiayai kegiatan ilegal tersebut atau biasa disebut cukong, belum berhasil ditangkap. ”Mereka sangat licin. Tapi yang jelas sudah ada beberapa DPO kita, termasuk juga para penadah atau penampung minyaknya yang sedang kita buru,” ujarnya.
Terkait sindikat pelaku illegal tapping, Iskandar mengakui adanya indikasi keterlibatan oknum, baik aparat keamanan maupun pihak operator, termasuk PT Elnusa. Tudingan tersebut ia lontarkan karena memang banyak mendapatkan informasi dari masyarakat. Hanya saja pihaknya belum mendapatkan bukti yang cukup untuk melakukan penindakan. ”Indikasi ke arah sana ada. Yang jelas akan kita sikat siapapun yang terlibat. Kalau memang ada aparat kita yang terlibat, pasti kita tangkap bahkan kita ekpose ke media,” janjinya.