Sabtu (23/3)-malam, Serda Ucok
Tigor Simbolon bersama anggota Kopassus lain bergegas meninggalkan markas.
Mereka bergegas menuju ke lembaga pemasyarakatan (lapas), tepatnya Cebongan di
Sleman.
Kedatangan Ucok ke Cebongan
disertai emosi. Sebab, dia baru saja mengetahui rekannya, Serka Heru Santoso,
dianiaya hingga tewas oleh empat orang yang diduga ditahan di Lapas Cebongan.
Emosi Ucok semakin menjadi karena empat tahanan itu pula yang diduga ikut
menganiaya rekannya yang lain, Sertu Sriyono.
"Saya sangat sedih sekali
karena saya dekat dengan Heru Santoso yang merupakan atasan saya langsung.
Lalu, tidak lama sahabat saya, Sertu Sriyono, dibacok. Saya terpukul dan saya
sangat emosi saat itu," kata Ucok dalam persidangan di Pengadilan Militer II-11
Yogyakarta, Selasa (23/7).
Berangkat dari dorongan emosi itu,
tekad Ucok pun bulat. Tekadnya adalah mencari para pelaku yang mengeksekusi
Sriyono dan Heru.
Akhirnya, Ucok dan 11 anggota Kopassus
lain sampai di depan Lapas Cebongan. Menurut keterangan Ucok di sidang, mereka
sejatinya belum mengetahui pasti apakah pelaku penganiaya Heru dan Sriyono
berada di sel Cebongan.
Dan, untuk mengetahui apakah
pelaku ada di Cebongan, Ucok hanya mengandalkan map merah di tangannya. Dengan
map merah itu pula anggota korps baret merah itu berhasil menjebol penjagaan
di Lapas Cebongan.
Caranya, map merah itu dijadikan
alibi oleh Ucok cs. "Di lapas, kita berpura-pura jadi anggota
polisi," ujarnya. Dengan menyamar sebagai polisi, Ucok pun mengetok pintu
utama Lapas Cebongan. Assalamualaikum," ujar Ucok menirukan ucapannya
saat mengetuk pintu Lapas Cebongan.
Salah satu petugas keamanan Lapas
Cebongan pun menyahut. Petugas itu menanyakan maksud kedatangan Ucok. "Saya sampaikan,
kami dari kepolisian mau minta sidik jari pelaku
pembunuhan anggota TNI," kata Ucok. Untuk memintai sidik jari, Ucok menggunakan
map merah itu. Petugas sipir lantas menolak dan memintanya untuk kembali
keesokan harinya. Dari penolakan itulah Ucok mengetahui bahwa pelaku yang
mereka cari ada di Cebongan.
Para anggota Kopassus yang mengaku
polisi ini kemudian menerobos masuk ke Cebongan. Setelah beberapa saat mencari
sel pelaku, akhirnya mereka menemukan empat orang yang dituju itu.
Dan, dor..... letusan tembakan menggelegardi
Cebongan. Ucok mengaku, dialah yang meletuskan tembakan kepada pelaku
penganiaya Heru. Letusan timah panas Ucok itu membuat anggota Kopassus lain,
terkejut bukan kepalang. "Saya kaget Ucok menembak. Karena, saya tidak
pernah berpikir Ucok bawa amunisi,", kata Koptu Kodik yang juga menyampaikan
keterangannya di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta'.
Baru setelah melontarkan timah
panas, emosi Ucok berlalu. Emosi Ucok, itu pun berganti menjadi penyesalan.
"Setelah menembak, saya menyesal. Karena, itu tidak saya inginkan. Saya
menyesal mengapa harus terjadi seperti itu. Ada rasa ketakutan yang sangat besar.
Namun, bagaimanapun juga saya harus pulang," kata Ucok dalam persidangan.
Ucok pun akhirnya pulang dengan
penyesalannya dari Cebongan. Kini, Ucok bersama 11 anggota baret merah lain
siap bertanggung jawab atas perbuatannya itu. (c71 ed: Abdullah sammy), Sumber Koran: Republika (24 Juli 2013/Rabu,
Hal. 02)