JAKARTA — Rencana TNI Angkatan Darat menggeser penempatan tank Leopard dari awalnya di wilayah perbatasan menjadi Pulau Jawa mendapat kritik dari analis militer. Peneliti pada Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia, Rizal Darma Putra, mengatakan perubahan penempatan itu mencerminkan pengakuan TNI bahwa Leopard tidak cocok untuk wilayah perbatasan.
Menurut Rizal, sebagai tank besar dan berat, Leopard tak bakal mampu bergerak lincah di wilayah perbatasan darat Kalimantan dan Papua yang didominasi rawa, hutan lebat, dan lumpur. Meriam panjang Leopard juga akan susah bergerak di antara pepohonan hutan yang rapat. "Leopard lebih cocok digunakan di tanah terbuka, seperti padang pasir atau padang rumput," ujarnya kemarin.
Rizal menuturkan, penempatan Leopard di Pulau Jawa merupakan solusi satu-satunya dari masalah ini. Meski begitu, dia kembali mempermasalahkan ruang gerak Leopard di Pulau Jawa. Sebab, satu-satunya medan yang bisa digunakan Leopard adalah gerilya kota. "Itu pun jelas merusak jalan aspal karena bobot berat," ia menjelaskan.
Secara geografis, kata dia, Indonesia lebih butuh tank kelas medium hingga ringan. Tank jenis ini berpostur kecil dengan kemampuan tempur lincah, sehingga mampu ditugaskan di area perbatasan.
Dua hari lalu, dua unit tank Leopard 2A4 dan dua tank Marder tiba di Indonesia. Empat tank ini merupakan bagian dari 153 unit tank yang dibeli Kementerian Pertahanan dari Jerman. Tank tersebut adalah tank Leopard RI sebanyak 61 unit, tank Leopard 2A4 sebanyak 42 unit, dan tank Marder sebanyak 50 unit. Pembelian ini tidak melebihi pagu anggaran US$ 280 juta.
Kehadiran tank-tank tersebut diharapkan bisa menambah kekuatan TNI AD. Saat ini, Indonesia belum memiliki tank kelas berat yang mumpuni. TNI AD masih mengandalkan tank tempur ringan, seperti Scorpion buatan Inggris, AMX-13, dan AMX-10p. Ketiga jenis tank itu terbilang uzur karena diproduksi pada 1940-1950-an.
Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Budiman mengatakan hendak menempatkan seluruh tank tempur utama Leopard dan tank menengah Marder di wilayah Pulau Jawa. Budiman mengatakan punya alasan kuat untuk menempatkan kedua pendatang baru itu di Jawa. "Infrastruktur Pulau Jawa lebih tepat untuk Leopard dan Marder," katanya kepada Tempo kemarin. (INDRA WIJAYA), Sumber Koran: Pelita (24 September 2013/Selasa, Hal. 20)