Inggris memang
terkenal dengan cerita spionasenya.Tengok saja kisah agen mata-mata James Bond
007 yang sudah mengharu biru di jagad perfilman dunia.Ada pula kisah Johnny
English yang diperankan secara Jenaka oleh aktor kenamaan, Rowan Atkinson.
Lewat film-film
itu, dunia dibuat berdecak kagum oleh kecanggihan alat spionase badan intelijen
Inggris, M-15.Sekalipun via layar kaca, namun propaganda kecanggihan alat
intelijen Inggris sudah tertanam di tengah pecinta film.
Namun, cerita
intelijen Inggris tak hanya menghiasi layar kaca. Pertengahan tahun ini, cerita
soal intelijen Inggris tersebar luar ke halaman koran dunia. Dua media
Australia, The Age dan The Sydney Morning Heratd membeberkan bahwa intelijen
Inggris lewat alat mata-mata berteknologi tinggi berhasil menyadap sejumlah
peserta KTT G-20 pada April 2013.
Dan, Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono [SBY) menjadi salah satu pemimpin negara yang jadi
korban sadapan alat canggih mata-mata Inggris. Kendati protes keras atas aksi
spionase Inggris, namun Indonesia ternyata turut mengakui canggihnya produk
mata-mata asal Negeri Ratu Elizabeth itu. Karena itu, Kementerian Pertahanan
(Kemhan) tak ragu menggandeng pabrik peralatan mata-mata asal Inggris, Gamma
TSE, untuk bekerja sama.
Pemerintah
sadar, pertahanan keamanan Indonesia masih sangat butuh alat sadap canggih seperti
yang dimiliki Inggris.Atas dasar itu, Kemenhan pun membeli alat sadap yang
diproduksi pabrik swasta Inggris itu.
"Alat sadap
tersebut tak akan digunakan untuk keperluan lain seperti pengungkapan kriminalitas
maupun kepentingan ekonomi ataupun penyadapan-penyadapan lain yang dikhawatirkan
sebagian pihak disalahgunakan," kata Menhan Purnomo Yusgiantoro seusai
Penutupan Pendidikan dan Pelatihan Bela Negara PNS Kementerian Pertahanan di
Rindam Jaya, Jakarta, Selasa (25/9).
Menurut Menhan
Purnomo, alat mata-mata asal Inggris itu bukan dimaksudkan untuk mengebiri
kebebasan masyarakat. Indonesia pun tak memiliki niat tersembunyi di balik alat
sadap itu.
Hanya saja,
Indonesia ingin memperkuat pertahanan dan keamanannya."Ada intelijen yang
digunakan untuk mengejar kriminal dan ada intelijen untuk ekonomi.Sedangkan,
kami, intelijen untuk strategis.Oleh karena itu, disebut Badan Intelijen
Strategis.Sifatnya betul-betul strategis untuk kepentingan keamanan negara dan
pertahanan negara," kata Purnomo seraya mengungkapkan Kementerian
Pertahanan di negara mana pun dipastikan ada intelijen strategis.
Pengawasan
penggunaan alat sadap ini akan di bawah langsung wewenang Kementerian
Pertahanan dan dipastikan tidak akan berbenturan dengan institusi lain.
Kebijakan
Kementerian Pertahanan terkait pembelian alat mata-mata Inggris mendapat
respons positif dari sejumlah kalangan.Di antaranya adalah Wakil Ketua Komisi I
DPR RI, Tb Hasanuddin."(Pembelian alat sadap) itu memang dibutuhkan untuk
pemenuhan standar alutsista TNI kita," ujar Hasanuddin.
Pengamat
intelijen, Wawan Purwanto, juga punya pandangan yang sama dengan Hasanuddin.
Menurutnya; pembelian alat sadap dari Inggris secara etika tidak perlu
dipersoalkan.Kendati kebijakan tersebut bakal kontraproduktif dengan tindakan
negara Inggris yang pernah memata-matai SBY.
la berpendapat,
alat mata-mata dari Inggris ini justru dibutuhkan pemerintah untuk mendapatkan
perbandingan teknologi intelijen di tiap-tiap negara. Apalagi, selama ini
Indonesia sebenarnya juga membeli peralatan serupa dari berbagai negara asing
lainnya, seperti Jepang, AS, Korea, dan Rusia.
"Karena
itu, ini bukanlah hal yang baru.Dengan pembelian itu, pemerintah dapat melakukan
obeservasi untuk kepentingan kontra intelijen kita.Lemsaneg (Lembaga Sandi
Negara) kita sangat piawai dalam hal-hal semacam itu," kata Wawan yakin.
Keyakinan Wawan
pun jadi harapan seluruh masyarakat. Harapan bahwa alat mata-mata dari Inggris
itu bisa menjaga keamanan Indonesia dari segala ancaman negara lain, termasuk
dariInggris sendiri. (ed: abdullah sammy& penulis: Ahmad Islamy Jamil),
Sumber Koran: Pelita (25 September 2013/Rabu, Hal. 02)