KERINGAT
bercucuran di pelipis Kopral Kepala (Kopka) TNI Suyud (49).Personel Bintara
Pembina Desa (Babinsa) di Desa Mekarsari Koramil Pacet Kab.Bandung itu harus
berhadapan langsung dengan Pangdam Ill/Siliwangi, Mayjen TNI Dedi Kusnadi
Thamim dalam kunjungannya ke Makodim 0609/Kab.Bandung di Jalan Gatot Subroto
Kota Cimahi, Selasa (24/9/2013).
Di hadapan para
babinsa se-Kodim 0609/Kab.Bandung, saat itu juga Suyud diminta berkomunikasi
dengan Kades Mekarsari melalui telefon genggamnya.Saat dihubungi, ternyata
telefon kades tak diangkat.
'Tak diangkat,
Dan.Telefonnya dialihkan," ujar Suyud kepada Dedi.
Keringatnya
semakin mengucur deras, pasalnya Dedi meminta Suyud membuktikan kedekatannya
dengan daerah binaannya.Komunikasi yang terjalin dibutuhkan para babinsa sebagai
ujung tombak TNI AD sebagai bagian dari bina teritorial demi pertahanan NKRI.
Suyud semakin
panik. Dedi malah terus mengajaknya bergurau sambil berkata,
"Jangan-jangan, bukan enggak ada sinyal tapi enggak ada pulsa."
Gerak-gerik Suyud
yang grogi sontak mengundang tawa semua yang hadir.Dia pun diberi sekotak
kertas tisu untuk mengelap keringatnya."Geus ngesang, kumisna oge nepi ka
oyag (Sudah berkeringat, kumisnya saja sampai bergoyang)," ujar Dedi
berseloroh mengomentari Suyud.
Saat dicek,
ternyata pulsa telefon Suyud tersisa Rp 4.300.'Ya sudah, saya kasih buat
pulsa," janji Dedi.Seusai paparan, Dedi pun menyerahkan sejumlah uang
langsung dari dompetnya kepada Suyud.
Menurut Dedi,
kunci bina teritorial itu dekat dengan masyarakat. "Pembinaan teritorial
harus dilakukan.
Bagaimana
melaksanakannya, setiap prajurit punya seni dan cara tersendiri untuk
memelihara. Bersama rakyat, TNI semakin kuat, itu harus ditingkatkan,"
ujarnya.
Diakui Dedi,
faktor komunikasi yang tinggi membuat para babinsa perlu menyediakan anggaran
ekstra untuk biaya komunikasi terutama pulsa. Selama ini, babinsa diberi
tunjangan untuk kegiatan operasionalnya meski nilainya belum maksimal.
'Ya,
mudah-mudahan ke depan akan kita pikirkan untuk dana komunikasi babinsa,"
tuturnya.
Selama 13 tahun
terakhir, Suyud yang sejak 1986 menjadi prajurit TNI AD bertugas sebagai
babinsa.Berpindah-pindah desa menjadikan Suyud kenal dan hafal karakter
masing-masing wilayah.
"Di
Mekarsari, kebanyakan wilayahnya hutan. Jadi, harus dijaga betul.Sinyal
telefon suka susah, kadang menghambat komunikasi," ujarnya.
Untuk sebulan,
dirinya harus menyiapkan biaya pulsa minimal Rp 100.000,-Belum lagi untuk
bensin kendaraan. Sedangkan, tunjangan babinsa sebesar Rp 50.000."Maka,
uang remunerasi biasanya saya pakai buat bensin dan operasional tugas,"
ucapnya.
Suka duka
dialami selama menjadi babinsa.Namun, tugas membela negara seakan tak kenal
waktu.Saat orang tertidur, Suyud harus tiba di lokasi kejadian paling
awal."Begitu juga kalau mau istirahat.Baru sampai rumah, ternyata harus
balik lagi karena ada kejadian di desa," katanya.
Suyud merasa
bangga bisa menjadi ujung tombak TNI AD.Apalagi, kalau bisa menyerahkan tongkat
komando ke anak satu-satunya.
"Sayangnya,
anak saya tabrakan jadi tulangnya patah dan tidak bisa lagi ikut tes TNI.Tugas
ini saya jalani sebagai bentuk kecintaan terhadap NKRI," tuturnya.(Ririn
NF/"PR"), Sumber Koran: Pikiran Rakyat (25 September 2013/Rabu, Hal.
06)