Jakarta, Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Marsdya TNI Boy
Syahril Qamar, SE, mewakili Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, membuka Latihan
Pertahanan Udara Nasional (Hanudnas) "Tutuka" XXXVII Tahun 2013
dengan tema "Kohanudnas Siap Melaksanakan Operasi Pertahanan Udara
Yurisdiksi Udara Nasional untuk Mencegah, Menangkal dan Menanggulangi Setiap
Bentuk Ancaman Udara Yang Timbul Untuk Menjaga dan Menjamin Tetap Tegaknya
Hukum, Kepentingan dan Kedaulatan NKRI", di Pusdalops Mabes TNI Cilangkap,
Jakarta, Selasa (24/9).
Latihan Hanudnas
yang dilaksanakan dari tanggal 24-26 September 2013, dan diikuti 1.800 prajurit
ini, bertujuan untuk menguji rencana operasi dan mengukur kesiapsiagaan
operasional Kohanudnas dalam merencanakan, menyelenggarakan dan mengendalikan
mekanisme kegiatan operasi pertahanan udara dalam rangka mewujudkan sebuah
sistem pengamatan, penangkalan dan penindakan yang handal terhadap kontinjensi
akibat ancaman udara dalam wilayah udara yurisdiksi nasional. Sedangkan
sasarannya adalah terujinya rencana operasi Kohanudnas 'Tangkis Petir"
TA 2013 sebagai bagian dari rencana strategis TNI.
Adapun materi
latihan antara lain menguji rencana operasi Kohanudnas; penyiapan unsur darat,
laut dan udara; pelaksanaan kerjasama taksis dan taktik; pelaksanaan operasi
terbatas untuk dukung pertahanan udara; pelaksanaan dukungan administrasi logistik
dan transportasi taktis unsur darat, laut, dan udara; dan kegiatan K-4IPP (Komando,
Kendali, Komunikasi, Komputerisasi, Intelijen, Pengamatan, dan Pengintaian)
jajaran Kohanudnas.
Panglima TNI
dalam amanatnya menyampaikan, bahwa di tengah situasi dunia yang terus
berubah, saat ini Indonesia masih akan dihadapkan pada ide dan potensi dampak
perang asimetrik atau sering disebut sebagai perang generasi keempat. Oleh
karena itu, dalam rangka menyelenggarakan pertahanan dan keamanan negara,
maka sangat dibutuhkan kreativitas penguasaan wilayah dan kekuatan nasional,
guna menghadapi segala bentuk ancaman yang mungkin timbul dari aktor negara
dan/atau actor non negara.
Pada sisi
sebaliknya, Indonesia dipandang terlalu kuat oleh pihak-pihak yang punya
aspirasi lain, khususnya yang masih belum atau tidak mau menerima konsep NKRI
dengan berbagai alasan. Dengan demikian dapat dipahami secara jelas bahwa
sasaran dan medan perang asimetrik, dan/atau perang generasi keempat tidak
lagi terbatas pada penguasaan wilayah semata, tetapi menjangkau lebih luas
pada penguasaan ekonomi, kultur, media, komunikasi, psikologi masa, energi,
dan sebagainya.
Mencermati
kecenderungan perkembangan tersebut, Kohanudnas sebagai salah satu kekuatan
pertahanan udara nasional diharapkan dapat melaksanakan segala upaya, guna
mengamati, mengidentifikasi, menangkal dan menindak segala bentuk kemungkinan
ancaman yang muncul melalui wilayah udara nasional.(ay), Sumber Koran:
Pelita(25 September 2013/Rabu, Hal. 16)