SETELAH nyaris
mati suri, modernisasi peralatan tempur Indonesia kini diklaim berjalan secara
progresif.Bahkan hingga masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
berakhir pada 2014, ditargetkan modernisasi sudah menjangkau sedikitnya 30
persen kebutuhan Minimum Essential Forces (MEF) TNI.
"Dengan
dinamika yang terjadi sekarang, (modernisasi) bisa dipercepat," kata
Menteri Pertahanan Pumomo Yusgiantoro.
Bahkan, lembaga
analisa militer Global Firepower merilis kekuatan militer Indonesia sejak Juni
2013 berada di urutan ke-15 dunia. Untuk kawasan Asia Pasifik, Indonesia
tercatat sebagai negara terkuat nomor 7, melampaui Malaysia diurutan 33 dan
Singapura diperingkat 47.Untuk regional Asia Tenggara, Indonesia kini adalah
negara dengan kemampuan militer terkuat.Ada 40 indikator penilaian yang
dilakukan global firepower dalam menilai kekuatan default militer tersebut.
Penambahan
sejumlah persenjataan baru, Indonesia kini memang layak diperhitungkan, meski
jumlahnya baru sekitar 30 persen dari kebutuhan minimum pertahanan nasional.
Memperkuat
alutsista tersebut biayanya memang tidak murah. Tahun ini pemerintah
menggelontorkan dana Rp25 triliun. Selama 5 tahun hingga Rp2014, sekitar Rp 150
triliun dianggarkan untuk alutsista dan pembangunan industri pertahanan. Dengan
anggaran tersebut, TNI AD akan diperkuat sejumlah senjata canggih. Di antaranya
61 unit Tank Leopard RI, 42 unit Tank Leo-pard 2A4, dan 50 tank Mar-der. Tank
produksi Pabrik Rhe-inmettal, Jerman ini tiba secara berangsur mulai September
2013, dan akan ditempatkan di perbatasan Indonesia dan Malaysia.
Untuk artileri,
TNI Angkatan Darat membeli MLS Astros II dari, Brasil.MLS Astros.II merupakan
mobil tempur yang mampu meluncurkan dua roket, empat roket dan 16 roket. Jika
dalam posisi laras peluncuran dua roket, jangkauan yang dicapai hingga 300 km.
Astros II akan dioperasikan Yonarmed I/105 Tarik Ajusta Yudha,Singosari,
Malang, Jawa Timur.
TNI AD juga
menambah daya gempur lewat udara dengan sejumlah helikopter serang. Kini Dinas
Penerbang TNI AD riie- " ngandalkan tiga buah Mi-35 Hind E produksi Rusia,
dan kini TNI AD telah membeli delapan unit Apache tipe AH-64E seharga USD 500
juta dari AS. Helikopter serang canggih ini akan ditempatkan di Laut China
Selatan.
Sedangkan TNI AL
juga telah memesan tiga kapal selam dari Korea Selatan, yang diharapkan sudah
bisa memperkuat Indonesia mulai tahun 2015. TNI AL juga akan membeli 11
helikopter antikapal selam dan menghidupkan kembali Skadron antikapal selam
yang pemah berjaya di tahun 1960. Selain itu, TNI AL juga berencana memesan 35
kapal cepat rudal (KCR) untuk mewujudkan kebutuhan minimum. Dua KCR, yakni KRI
Celurit-641, dan KRI Ku-jang-642 telah memperkuat armada barat. TNI AL ingin
membeli tiga kapal frigat buatan Inggris.Kapal ini awalnya dipesan Brunei
Darussalam, tetapi kemudian tidak jadi karena butuh personel banyak untuk
mengawakinya.Untuk marinir, 17 Tank Amfibi BMP-3F dari Rusia telah datang sejak
2012.
Sedangkan TNI AU
kini telah lengkap memiliki Skadron Pesawat Tempur Shukoi yakni 16 unit Su-27
SKM dan Su-30 MK 2 buatan Komsomolsk-na Amure Aircraft Production Association
(KNAPOj Rusia. Selain itu, Jet tempur ringan T-50 Golden Ea-gle dari Korea
Selatan juga mulai berdatangan untuk menggantikan pesawat Hawk yang akan segera
dipensiunkan. Selain itu hibah 24 pesawat F-16 D Blok 52 hibah dari Amerika
Serikat diharapkan sudah datang pertengahan tahun 2014.
Pesawat serang
darat A29A Super Tucano dari Brazil juga sudah bertahap tiba di
Indonesia.Pesawat dengan kualifikasi antigerilya dan serangan darat ini
menggantikan OV-10 Bron-co yang sudah dibebastugas.-kan.Untuk pesawat angkut,
TNI AU dapat tambahan CN-295. Selain itu 6 unit C-130 H Hercules ditambah hibah
Australia sebanyak 4 unit untuk pesawat yang sama. Belum lagi pengadaan radar,
rudal maupun Skadron UAV.TNI AU juga masih punya pekerjaan rumah untuk Mengganti
pesawat F-5 Tiger yang sudah perlu dipensiunkan.Diharapkan penggantinya memang
pesawat yang lebih canggih.
Namun upaya
modernisasi Alutsista TNI yang membutuhkan anggaran yang cukup be-|sar juga
tidak terlepas dari ma-jhalnya biaya perawatan.Belum lagi terkait dengan suku
cadang alutsista tersebut.
Kepala Bidang
Matra Darat Pusat pengadaan Badan sarana pertahanan Kementerian Pertahanan
Kolonel Jimmy Ale-xander Adirman mengatakan, dalam pembelian Alutsista juga
mengikutsertakan adanya alih teknologi, terutama untuk pengoperasian dan
perawatan yang mengikutsertakan industri pertahanan strategis dalam negeri,
seperti PT Pindad, PT PAL, dan yang lainnya.
Saat ditanya
wartawan apakah semua pembelian Alutsista itu juga memasukkan kebutuhan suku
cadang jika terjadi kerusakan, Jimmy menjawab, semua pembelian itu dikembalikan
pada ketersediaan anggaran yang ada."Untuk kebutuhan suku cadang
dikembalikan pada kesediaan anggaran.Namun, sebaiknya memang ada paket untuk
itu. Misal ada paket suku cadang untuk lima tahun ke depan, tapi jika semua itu
dihitung, harganya akan lebih mahal dari peralatan utama yang dibeli. Kita
lebih menekankan pada Alut-sistanya," jelas Jimmy.
Kementerian
Pertahanan berencana mengalokasikan 20 persen dari pagu anggaran 2014 yang
mencapai Rp83,5 triliun atau sekitar Rp 16,7 triliun untuk keperluan pengadaan
alat utama sistem persenjataan (alut sista), khususnya untuk membayar
kontrak-kontrak yang sudah berjalan.
Kepala Pusat
Komunikasi Kemhan Sisriadi mengatakan dari total anggaran yang akan diperoleh
lembaga tersebut pada 2014,-sebanyak 48 persen di antaranya akan digunakan
untuk belanja pegawai, seperti gaji dan lain-lain. Sementara, sekitar 52 persen
di antaranya akan digunakan untuk belanja barang-barang keperluan pendukung
pekerjaan seperti kertas dan lainnya, serta untuk belanja modal.
Sementara itu,
penambahan sejumlah Alutsista yang dibeli Kemhan, dan kini secara bertahap
mulai berdatangan membuat TNI makin bergigi di darat, laut dan udara.Dan tidak
dipungkiri banyak negara yang merasa ketar-ketir dengan kekuatan pertahanan
saat ini.
Selain itu, juga
muncul kritikan dari sejumlah pihak terkait dengan kelayakan alutsista yang
dibeli TNI. Kepala Komunikasi Publik Kemhan Brigjen TNI Sisriadi dalam
keterangan persnya kepada wartawan di Gedung Urip Sumoharjo, di Kompleks Kemhan
baru-baru ini, menagkis serangan terhadap Kemenhan akan kelayakan peralatan
yang dibeli untuk kebutuhan TNI itu. Salah satunya terkait dengan tank tempur
utama (main battle tank) Leopard 2A4 dan tank menengah Marder buatan Jerman
yang kini sudah tiba di Indonesia.
Sisriadi
mempertanyakan, bagaimana para pengamat menganggap Leopard hanya layak dipakai
di Pulau Jawa dan dianggap bisa membuat jalanan aspal rusak saat dilalui.
Menurutnya, pilihan jenis Alutsista yang dibeli tahun ini sudah melalui proses
riset dan perencanaan yang baik. Bahkan dia meyakinkan, kritik-kritik terhadap
kedatangan Alutsista dilakukan oleh LSM-LSM atau orang-orang tertentu yang
perlu dipertanyakan nasionalismenya."Sebenarnya siapa sih yang lebih tahu,
pengamat atau kami yang tahu perang?" tegasnya.
Dijelaskannya,
berat tiap titik gandar itu 8 kg, itu lebih ringan dari kendaraan
kontainer."Kalau masalah kelayakan, Leopard ini bisa dipakai di semua
tempat, tidak di Pulau Jawa. Hal-hal teknis seperti itu sudah dibahas sebelum
pembelian dan sudah dibicarakan di DPR,”tandasnyam (ay/berbagi sumber)