Selasa, 24
September 2013 | 12:16
Jakarta - Alat
sadap milik Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI dari Kementerian Pertahanan
ternyata tak sama sepesifikasinya dengan alat KPK maupun Kepolisian.
Apabila alat
milik aparat penegak hukum itu bisa digunakan untuk menyadap komunikasi
masyarakat umum, maka peralatan milik Bais TNI hanya digunakan untuk mengintersepsi
komunikasi sesama anggota militer.
Wakil Ketua
Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin menjelaskan perbedaan di antara peralatan
itu adalah bahwa alat sadap yang dibeli TNI akan khusus digunakan sebagai
sarana militer.
"Misalnya,
untuk membuka penyamaran sinyal, kode frekuensi sistem rudal, dan pelacakan
sonar kapal selam," kata Hasanuddin di Jakarta, Selasa (24/9).
Dia menekankan
bahwa alat sadap itu tidak diperuntukkan bagi peranti komunikasi sipil seperti
ponsel dan Blackberry. Karena alat sadap untuk sistem pertahanan negara,
makanya dibeli sebagai bagian dari program modernisasi alutsista.
Walau demikian,
Hasanuddin menyatakan Komisi I DPR tetap akan mengawasi penggunaan alat sadap
itu agar tidak menyimpang dari ketentuan.
"Perangkat
yang dibeli TNI mestinya hanya digunakan untuk keperluan pertahanan, bukan
menyasar komunikasi kalangan sipil," tandasnya.
Sebelumnya, Bais
TNI baru saja mendapat pengadaan alat sadap baru yang merupakan bagian dari
modernisasi alutsista yang sudah dibahas dengan DPR pada rencana tahun anggaran
2012.
Ketua Komisi I
DPR, Mahfudz Siddik, berharap alat-alat baru tak disalahgunakan untuk
kepentingan politik pihak tertentu.
"Komisi I
DPR mengingatkan agar peralatan sadap baru yang canggih itu tidak
disalahgunakan untuk keperluan-keperluan di luar tupoksi TNI. Khususnya terkait
dengan urusan politik jelang Pemilu 2014," tegas Mahfudz di Jakarta, Jumat
(20/9).
Sementara UK
Export Finance menurunkan laporan transaksi itu atas nama Gamma TSE Ltd dengan
Pemerintah Indonesia. Salah satu produk yang tersedia di Gamma adalah
Finfisher, peranti komunikasi yang bisa memonitor target yang menggunakan
internet dan telepon selular.
Di Indonesia,
produk ini beroperasi dengan menggunakan fasilitas PT Telkom, PT Matrixnet
Global, dan Biznet. Juga menginfeksi saluran GSM pada layanan GPRS dari
Indosat, AXIS, Telkomsel, dan XL. (Penulis: Markus Junianto Sihaloho/ARD)