JAKARTA — Ketua Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan
Rakyat Mahfudz Siddiq khawatir akan minimnya anggaran pertahanan yang
dialokasikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk Tentara Nasional
Indonesia. Padahal anggaran tersebut dibutuhkan, terutama untuk meremajakan
alat utama sistem persenjataan TNI yang sudah ketinggalan zaman.
Mahfudz mengatakan anggaran
pertahanan naik menjadi Rp 83,4 triliun dari Rp 81,8 triliun pada tahun lalu.
Namun anggaran ini masih dibagi untuk lima institusi, yaitu Kementerian
Pertahanan serta Markas Besar TNI, TNI AD, TNI AL, dan TNI AU. "Alokasi itu
bukan untuk sistem persenjataan semua, tapi untuk belanja rutin juga,"
kata politikus Partai Keadilan Sejahtera itu, kemarin.
Dia tak yakin alokasi anggaran
untuk sistem persenjataan TNI mampu mencapai target pembangunan kekuatan
persenjataan TNI atau Minimum Essential
Forces (MEF) tahap pertama yang dimulai sejak 2010 dan berakhir pada 2014.
Pemerintah setidaknya membutuhkan Rp 150 triliun untuk menuntaskan target MEF
tahap pertama, sementara dana yang dikucurkan baru Rp 118 triliun.
Sabtu lalu, Menteri Pertahanan
Purnomo Yusgiantoro optimistis target MEF tahap pertama akan tercapai, bahkan
melebihi, lantaran besarnya anggaran pertahanan dalam Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara 2014 yang mencapai Rp 83,4 triliun. "Kami
yakin, sebelum kabinet ini berakhir, target tercapai," kata Purnomo di
Istana Merdeka.
Ia menjelaskan, pemerintah telah
memodernisasi sistem persenjataan melebihi rencana. Salah satunya pengadaan
pesawat tempur F16 yang semula direncanakan bertambah empat unit, tapi
realisasinya 24 pesawat selama 2009-2014. Sedangkan untuk pengadaan tank tempur
(main battle tank), awalnya akan
ditambah 44 unit, tapi pemerintah justru mendatangkan 150 unit.
Wakil Ketua Komisi Pertahanan Agus
Gumiwang Kartasasmita menegaskan, minimnya anggaran seharusnya menjadi
tantangan bagi Kementerian Pertahanan dan TNI untuk berinovasi saat berburu
sistem persenjataan yang baru. Menurut Agus, Komisi Pertahanan bakal membantu
Kementerian mengatur strategi pemenuhan sistem persenjataan dengan dana minim.
Bila perlu, Agus melanjutkan,KementerianPertahanan
tak harus mengandalkan APBN saja, tapi juga bisa memanfaatkan sumber lain,
antara lain dengan utang. Sehingga target MEF tahap pertama masih bisa terwujud
hingga akhir 2014. "Jangan diartikan utang itu negatif. saja. Belum tentu
utang harus dari luar negeri, dari dalam negeri pun bisa," ujar politikus
Partai Golkar itu. (INDRA WIJAYA |
FRANSISCO R0SARIANS | B0BBY CHANORA), Sumber: Koran Tempo (20 Agustus
2013/Selasa, Hal. 07)