Rabu, 07 Agustus 2013

Pejuang OPM Kembali ke NKRI


JAYAPURA — Kelompok sipil bersenjata (KSB) pimpinan Engga Kiwo, Selasa (6/8), me­nyerahkan sepucuk senjata api (senpi) milik kelompoknya seba­gai tanda kembalinya kelompok tersebut ke pangkuan ibu per­tiwi, NKRI. Penyerahan senpi jenis revolver itu dilakukan da­lam upacara yang dilakukan di Tiom, Ibu Kota Kabupaten Lanny Jaya yang dipimpin Dandim Jayawijaya Letkol Infantri Sampe Toding.

Setelah menyerahkan senpi dan menyatakan kembali serta bergabung dalam wilayah NKRI, kemudian Toding menyerahkan bendera Merah Putih dan alkitab dalam bahasa Lanny. Toding yang dihubungi Ayitara dari Jayapura mengakui, KSB pimpinan Engga Kiwo sudah lama menya­takan ingin hidup damai bersa­ma sanak keluarganya di kam­pung halaman dan tidak lagi ingin menganggu masyarakat serta aparat keamanan.

"Keinginan itu kami sambut baik dan diharapkan diikuti ke­lompok lainnya yang hingga kini masih memiliki paham yang berbeda," kata Toding.

Menurut perwira menengah TNI-AD itu, keinginan kelom­pok tersebut kembali ke kam­pung halaman karena saat ini pemerintah semakin memperha­tikan masyarakat sehingga pem­bangunan dilaksanakan hingga ke kampung. Mereka menyatakan ingin turut serta bersama masyarakat lainnya membangun kampungnya sehingga tidak lagi tertinggal.

Pada awal 2013 ratusan ang­gota OPM di wilayah perbatasan RI-PNG menyatakan kembali bergabung ke NKRI. Sebanyak 202 orang itu merupakan anak buah Dani Kogoya, yang biasa beroperasi di Kabupaten Keerom dan Kota Jayapura, Papua.

Sebelumnya, anggota DPRP Papua mendukung rencana pembangunan rumah bagi para mantan anggota OPM dari ke­lompok Goliat Tabuni di ka­wasan Tingginambut. Ketua DPRD Puncak Jaya Nesco Wonda, kepada Antara di Jayapura mengatakan bahwa pihaknya sangat setuju rencana pemerin­tah membantu membangun ru­mah bagi anggota OPM yang di­pimpin Goliat Tabuni sebab ba­gaimanapun mereka adalah ba­gian dari masyarakat yang ber­hak mendapat bantuan dari pe­merintah.

Pada pertengahan Mei 2013 mantan menteri luar negeri OPM Nick Messet menyatakan bahwa Papua tidak mungkin merdeka karena dunia sudah mengakui Papua atau yang dulu bernama Irian Barat melalui Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), (antara ed: muhammad hafil), Sumber Koran: Republika (07 Agustus 2013/Rabu, Hal. 07)