INDUSTRI militer dalam negeri, tidak kalah
dengan industri sejenis negara lain. Panser primadona Indonesia itu ialah Anoa
buatan PT Pindad di Bandung. Kendaraan tempur yang masuk kategori APC (Armoured
Personnel Carrier) atau kendaraan pengangkut bersenjata itu meniru produk
serupa buatan Perancis. Mesin dan transmisinya menggunakan produk Renault dari
Perancis.
Nama "Anoa" diambil dari
kerbau asli Indonesia, asal Sulawesi. Sejarah Anoa dimulai ketika pada
konflik bersenjata, di Aceh antara TNI dan GAM. Pada saat itu Panglima TNI
Jenderal Endriarto Sutarto meminta Pindad membuat panser untuk membantu tugas
operasi militer di Aceh.
Purwarupa Anoa pertama kali
diperlihatkan ke publik pada ulang tahun TNI ke-61, 5 Oktober 2006 di Mabes
TNI Cilangkap. Anoa pertama kali ditampilkan pada parade militer TNI, 5
Oktober 2008. Lalu ke publik pada Indo Defence and Aerosace 2008. APC yang diproduksi
Pindad ini diberi nama APS-3. Pada 30 Agustus 2008, 10 APS-3 telah diproduksi
untuk TNI Angkatan Darat untuk penugasan Anoa pada tahun 2009.
Selama TNI-AD di bawah kepemimpinan
Jenderal TNI Moeldoko, total telah membeli 226 unit dari Pindad. Rinciannya tahun
2008, TNI memesan 154 unit, pada 2011 sebanyak 11 unit, dan tahun 2012 sebanyak
61 unit. Tahun 2013 ini PT. Pindad (Persero) mendapatkan pesanan 82 unit unit
Anoa TNI.
Ukuran dan operasional panser
Anoa disesuaikan dengan doktrin dan taktik tempur TNI. Panser yang dilengkapi
dengan mounting senjata 12,7 milimeter (mm) dan dapat berputar 360 derajat ini
dapat mengangkut 10 personel dengan tiga kru, satu pengemudi, satu komandan dan
satu gunner.
Sebagian besar panser-panser ini
sudah tersebar di sejumlah komando kewilayahan seperti Kodam III Siliwangi, Kodam
Jaya, Pasukan Pengaman Presiden (Paspamres), Batalyon 201, Batalyon 202, dan
Batalyon 203. Ada juga yang ditempatkan di Palembang, Makassar, Ambon,
Timika, Sidoarjo, Bali, dan Yogyakarta.
Untuk memproduksi panser tersebut,
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini membutuhkan dana hingga Rp 800 miliar.
Pindad telah menerima suntikan dana pinjaman dari Bank Mandiri, Bank BNI 46
dan Bank BRI sebagai bagian dari pembayaran untuk manufaktur Panser.
Pada awalnya, Pindad mengembangkan
APS-1 sebuah rancangan 6x6 dengan sasis truk Perkasa buatan PT Texmaco.
Meskipun tidak dipilih untuk diproduksi, pengalaman itu sudah mampu membuat
TNI percaya agar Pindad bisa membuat generasi selanjutnya. Maka lahirlah
APS-2 dengan ongkos produksi sebesar Rp600 juta/ unit.
Tahun 2006, mulailah Pindad
mengandeng BPPT mengembangan APS-3. Generasi ke-3 ini bisa bermanuver di darat,
perairan dangkal dan danau. Pengembangan ini menghasilkan varian 4x4, dan
selanjutnya disempurnakan untuk diaplikasikan kemampuan amfibinya untuk varian
6x6. Uji coba pertama tahun 2007. Tahun 2009, 10 panser pertama APS-3 Anoa
diserahterimahkan kepada Kementerian Pertahanan.
Penerimaan pasar yang baik, dan
dukungan pemerintah, PT-Pindad melanjutkan pengembangan kendaraan-kendaraan
tempur yang berbasis Anoa seperti varian logistik, recovery, ambulans maupun
varian kombatan yang bukan lagi dikategorikan sebagai kendaraan angkut personel
seperti Anoa IFV dan Anoa Kanon. Panser Anoa terdiri dari beberapa varian
seperti varian 4x4, 6x6, 8x8, varian roda rantai, intai, Anoa kanon, Anoa IFV,
dan varian ekspor.
Panser Anoa telah digunakan dalam
serangkaian operasi TNI-AD, baik dalam negeri maupun luar negeri. Di dalam
negeri, panser juga digunakan oleh Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres). Di
luar negeri Anoa digunakan sebagai kendaraan pengangkut dalam misi perdamaian
Satgas Batalyon Mekanis TNI Kontingen Garuda XXIII-D/ UNIFIL di Lebanon.
Dari sinilah, dunia internasional
mulai melirik "kerbau" dalam negeri ini. Malaysia dan Singapura pun
sudah memesan. Malaysia berminat membeli sejumlah Anoa dari PT Pindad dan
diberi nama Rimau yang berarti harimau dalam Bahasa Melayu.
Selain Malaysia, Irak dikabarkan
serius memboyong Panser Anoa. Kabarnya, Irak berminat memborong 500 unit
sekaligus. Sejauh ini, rencana ini masih dalam kajian. Meski memang sudah ada
pembicaraan di tingkat pejabat negara. Tak mau ketinggalan, Afghanistan juga
dikabarkan memesan ranpur ini. Hanya saja minta disesuaikan untuk iklim gurun.
(han/wikipedia/berbagai sumber), Sumber
Koran: Pelita (16 Agustus 2013/Jumat, Hal. 17)