Jumat, 16 Agustus 2013

Tak Terawat, Helm Makam Pun Hilang



Kamis, 15/08/2013 15:12 WIB

Lolong, Padek—Jelang HUT ke-68 Republik Indonesia pada 17 Agustus, Taman Makam Pahlawan (TMP) Kusuma Negara Lolong dan Taman Makam Pahlawan Kuranji mulai dibenahi. Amat disayangkan, sejumlah helm makam pahlawan di Lolong telah hilang karena area makam tidak dilengkapi pagar.

Tercatat 1.294 pejuang kemerdekaan dimakamkan di TMP Kesuma Negara Lolong. Dari jumlah itu, 781 makam TNI AD, 42 makam TNI AL, 38 makam TNI AU, 99 makam Polri, 284 makam badan perjuangan/sipil dan 49 makam pahlawan tidak dikenal.

Sementara di TMP Kuranji, terdapat 293 makam pahlawan yang terdiri dari 4 makam TNI AU, 2 makam TNI AL, 2 makam Polri dan sebanyak 285 makam TNI AD, serta satu makam pahlawan daerah, Siti Manggopoh.
Sayangnya, sudah 68 tahun Indonesia merdeka, dua TMP tersebut terkesan tidak terurus dan tampak kumuh. Di TMP Lolong, misalnya, rumput-rumput mulai rimbun. Tembok makam dan nisan berlumut dan retak. Bahkan, tidak sedikit helm makam yang hilang.

“Kami tiap hari menyapu dan mencabut rumput di makam ini. Jika semua area makam ini dipagar, mungkin helm-helm itu tidak hilang,” kata Syafril, 41, salah satu petugas kebersihan makam.

Joni Mardi, 48, pemotong rumput, mengatakan, terbatasnya dana perawatan membuat jadwal pemotongan rumput tidak beraturan. “Rumput dipotong jika dana turun. Biasanya sekali memotong rumput, kami diberikan dana Rp 100.000 untuk membeli bahan bakar. Karena areal makam cukup luas, tidak cukup uang minyak sebanyak itu memotong rumput,” ujar pria yang telah lebih dari delapan tahun bekerja sebagai petugas kebersihan makam itu.

Joni menyebut, idealnya pemotongan rumput di area makam minimal sekali tiga minggu. “Karena keterbatasan peralatan dan bahan bakar, ya terpaksa harus pandai-pandai mengaturnya agar TMP tetap bersih,” sebutnya.
Begitu pula di TMP Kuranji. Jalan tembok di area makam, batu nisan dan tembok makam tampak berlumut. Namun, helm-helm makam masih lengkap walau telah diganti dengan semen. Dedaunan pohon kamboja berserakan di area makam.

Penjaga TMP Kuranji, Syarifudin, 54, mengatakan, setiap hari menyapu makam. Untuk pengecatan sendiri dilakukan setahun sekali, jelang peringatan HUT RI. Kurangnya peralatan juga menjadi penyebab perawatan makam tidak maksimal.

“Dana untuk membeli peralatan turun sekali tiga bulan dengan jumlah yang kecil. Saya harus mengatur dana tersebut untuk membeli peralatan untuk perawatan yang paling dibutuhkan dulu,” kata Syarifudin atau yang biasa dipanggil Oyong saat membersihkan dan mengecat makam bersama istrinya Asni, 51, dan satu orang putranya Azri, 19.

Oyong menggantikan ayahnya yang juga seorang pejuang tersebut sebagai penjaga makam menyayangkan tidak adanya perhatian masyarakat ataupun pemerintah terhadap para pejuang yang telah mengorbankan jiwa raga untuk kemerdekaan RI.

“Mereka yang dikuburkan disini adalah para pejuang kemerdekaan Indonesia. Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan lagi makam pahlawan ini sebagai bentuk penghargaan dan ucapan terima kasih kita kepada mereka. Saat ini sangat jarang pemerintah ataupun masyarakat yang berziarah ke TMP ini,” kata oyong.

Oyong juga mengeluhkan gajinya sebagai penjaga makam yang hanya sebesar Rp 350.000 per bulan. Jumlah tersebut dirasa sangat kecil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Dulu gaji saya hanya Rp 250.000, kemudian naik menjadi Rp 350.000. Untuk mencari tambahan, saya mengumpulkan bunga kamboja yang gugur untuk dijual kepada pengepul. Bunga tersebut per kilogramnya Rp 50.000, sementara untuk mengumpulkan satu kilogramnya selama satu minggu lebih,” sebutnya. (cr3)