Selasa, 06 Agustus 2013

Nakalnya para perwira TNI nonton bareng film porno dalam asrama



Senin, 5 Agustus 2013 08:02:00


Mantan Komandan Pasukan Khas TNI AU Marsekal Pertama (purn) Nanok Soeratno meluncurkan buku biografi. Tak cuma soal pertempuran dan prestasi, Nanok juga menuliskan beberapa kenakalannya saat muda. Beberapa di antaranya bikin geleng-geleng kepala.

Salah satunya saat Kapten Nanok dan Kapten Infanteri Agum Gumelar nonton bareng film porno di asrama. Agum kelak menjadi Komandan Kopassus dan pensiun dengan pangkat jenderal. Keduanya tertawa jika mengingat kenakalan mereka dulu.

Cerita itu tertuang dalam buku Kisah Sejati Prajurit Paskhas yang ditulis Beny Adrian dan diterbitkan PT Gramedia.

Saat itu tahun 1976, Kapten Nanok baru saja selesai bertempur di Timor Timur. Dia kemudian masuk pendidikan Pusat Pendidikan Infanteri. Walau TNI AU, penugasan Komando Pasukan Gerak Tjepat (kelak Paskhas) memang lebih dekat pada infanteri TNI AD. Banyak perwira TNI AU yang disekolahkan bersama TNI AD.

Nanok dan Agum langsung klop karena sama-sama orang lapangan dan berasal dari satuan tempur. Saat itu Agum adalah perwira muda di Kopasandha TNI AD (kini Kopassus). Kedua-duanya juga punya jiwa kepemimpinan tinggi dan sama-sama iseng.

Nah, mereka juga doyan kelayapan. Biasanya setiap habis apel malam, keduanya pergi ke Kota Bandung untuk main biliar. Menurut Agum ternyata Nanok sangat terkenal di tempat olahraga bola sodok itu.

"Banyak yang kenal Nanok," kata Agum sambil tertawa.

Karena keasyikan main, mereka sering pulang larut malam ke asrama Pusdikif. Jelas hal ini dilarang. Kedua perwira muda yang nakal itu tak kehabisan ide. Setiap pulang malam mereka selalu membelikan oleh-oleh untuk penjaga gerbang, mulai dari rokok hingga pisang goreng. Aksi main biliar malam-malam untuk sementara berjalan mulus.

Suatu saat aksi mereka terbongkar karena salah satu penjaga bercerita dengan polosnya pada Komandan Pusdikif Kolonel Inf Edi Sudrajat (kelak jadi Menhankam/Panglima ABRI). Penjaga itu memuji Nanok dan Agum yang baik hati sering bawa oleh-oleh.

Kolonel Edi Sudrajat sadar. Dia lalu memanggil Nanok dan Agum, keduanya dianggap melanggar disiplin dan dijatuhi hukuman tak boleh keluar asrama sebulan penuh.

Jenuh juga 'dikurung' dalam asrama sebulan penuh. Untungnya ada yang meminjami Agum proyektor film berserta beberapa judul film perang. Ternyata ada juga beberapa film abu-abu alias film porno diselipkan.

Film itu pun ditonton ramai-ramai. Digilir dari satu peleton ke peleton lainnya. Sampai penjaga asrama, Mang Sata, dan kawan-kawan ikut nonton ramai-ramai.

Lagi-lagi aksi Agum dan Nonok terbongkar karena ketidaksengajaan. Kolonel Edi mencari Mang Sata. Dia kesal karena penjaga asrama yang harusnya selalu stand by, tidak ada di tempat. Maka dipanggilah Mang Sata.

"Dari mana saja kamu?" tegur Kolonel Edi. Mang Sata menjawab jujur habis menonton film abu-abu. Dengan polos dia juga menyebut nama Kapten Agum Gumelar sebagai pemilik film porno tersebut.

Agum pun dipanggil. "Gum, aku dengar kau bawa film blue ya?" kata Kolonel Edi.

Agum kaget setengah mati. Dia langsung ciut. Habis sudah karirnya, katanya dalam hati.

"Siap benar komandan," kata Agum pasrah.

"Di mana itu sekarang?" balas Edi.

"Siap ada," kata Agum.

Edi diam sejenak. Agum makin tersiksa. Tapi tiba-tiba. "Gum, aku boleh pinjam, nggak?" kata Kolonel Edi.

Agum berteriak dalam hati, Alhamdulillah. Dia lega setengah mati.

Agum dan Nonok selamat. Mereka pun terus menjalin persahabatan sampai pensiun. Saking dekatnya mereka seolah ada ungkapan, anak buahmu anak buahku juga. Agum pernah bilang. "Nok, kamu itu cocoknya jadi Komandan Paskhas."

Benar saja 22 tahun kemudian Nonok menjadi orang nomor satu di Korps baret jingga itu.