Senin, 5 Agustus
2013 08:02:00
Mantan Komandan
Pasukan Khas TNI AU Marsekal Pertama (purn) Nanok Soeratno meluncurkan buku
biografi. Tak cuma soal pertempuran dan prestasi, Nanok juga menuliskan
beberapa kenakalannya saat muda. Beberapa di antaranya bikin geleng-geleng
kepala.
Salah satunya
saat Kapten Nanok dan Kapten Infanteri Agum Gumelar nonton bareng film porno di
asrama. Agum kelak menjadi Komandan Kopassus dan pensiun dengan pangkat
jenderal. Keduanya tertawa jika mengingat kenakalan mereka dulu.
Cerita itu
tertuang dalam buku Kisah Sejati Prajurit Paskhas yang ditulis Beny Adrian dan
diterbitkan PT Gramedia.
Saat itu tahun
1976, Kapten Nanok baru saja selesai bertempur di Timor Timur. Dia kemudian
masuk pendidikan Pusat Pendidikan Infanteri. Walau TNI AU, penugasan Komando
Pasukan Gerak Tjepat (kelak Paskhas) memang lebih dekat pada infanteri TNI AD.
Banyak perwira TNI AU yang disekolahkan bersama TNI AD.
Nanok dan Agum langsung
klop karena sama-sama orang lapangan dan berasal dari satuan tempur. Saat itu
Agum adalah perwira muda di Kopasandha TNI AD (kini Kopassus). Kedua-duanya
juga punya jiwa kepemimpinan tinggi dan sama-sama iseng.
Nah, mereka juga
doyan kelayapan. Biasanya setiap habis apel malam, keduanya pergi ke Kota
Bandung untuk main biliar. Menurut Agum ternyata Nanok sangat terkenal di
tempat olahraga bola sodok itu.
"Banyak
yang kenal Nanok," kata Agum sambil tertawa.
Karena keasyikan
main, mereka sering pulang larut malam ke asrama Pusdikif. Jelas hal ini
dilarang. Kedua perwira muda yang nakal itu tak kehabisan ide. Setiap pulang
malam mereka selalu membelikan oleh-oleh untuk penjaga gerbang, mulai dari
rokok hingga pisang goreng. Aksi main biliar malam-malam untuk sementara
berjalan mulus.
Suatu saat aksi
mereka terbongkar karena salah satu penjaga bercerita dengan polosnya pada
Komandan Pusdikif Kolonel Inf Edi Sudrajat (kelak jadi Menhankam/Panglima
ABRI). Penjaga itu memuji Nanok dan Agum yang baik hati sering bawa oleh-oleh.
Kolonel Edi
Sudrajat sadar. Dia lalu memanggil Nanok dan Agum, keduanya dianggap melanggar
disiplin dan dijatuhi hukuman tak boleh keluar asrama sebulan penuh.
Jenuh juga
'dikurung' dalam asrama sebulan penuh. Untungnya ada yang meminjami Agum
proyektor film berserta beberapa judul film perang. Ternyata ada juga beberapa
film abu-abu alias film porno diselipkan.
Film itu pun
ditonton ramai-ramai. Digilir dari satu peleton ke peleton lainnya. Sampai
penjaga asrama, Mang Sata, dan kawan-kawan ikut nonton ramai-ramai.
Lagi-lagi aksi
Agum dan Nonok terbongkar karena ketidaksengajaan. Kolonel Edi mencari Mang
Sata. Dia kesal karena penjaga asrama yang harusnya selalu stand by, tidak ada
di tempat. Maka dipanggilah Mang Sata.
"Dari mana
saja kamu?" tegur Kolonel Edi. Mang Sata menjawab jujur habis menonton
film abu-abu. Dengan polos dia juga menyebut nama Kapten Agum Gumelar sebagai
pemilik film porno tersebut.
Agum pun
dipanggil. "Gum, aku dengar kau bawa film blue ya?" kata Kolonel Edi.
Agum kaget
setengah mati. Dia langsung ciut. Habis sudah karirnya, katanya dalam hati.
"Siap benar
komandan," kata Agum pasrah.
"Di mana
itu sekarang?" balas Edi.
"Siap
ada," kata Agum.
Edi diam
sejenak. Agum makin tersiksa. Tapi tiba-tiba. "Gum, aku boleh pinjam,
nggak?" kata Kolonel Edi.
Agum berteriak
dalam hati, Alhamdulillah. Dia lega setengah mati.
Agum dan Nonok
selamat. Mereka pun terus menjalin persahabatan sampai pensiun. Saking dekatnya
mereka seolah ada ungkapan, anak buahmu anak buahku juga. Agum pernah bilang.
"Nok, kamu itu cocoknya jadi Komandan Paskhas."
Benar saja 22
tahun kemudian Nonok menjadi orang nomor satu di Korps baret jingga itu.