Senin, 5 Agustus
2013 | 10:12
[AMBON] Walikota Ambon Richard Louhenapessy
membantah jika pemerintah kota (pemkot) dinilai menutup mata terhadap korban
banjir di daerah Ponegoro Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon.
“Kami tidak
pernah menutup mata terhadap bencana banjir yang terjadi di lima kecamatan di
kota Ambon,” kata Walikota Ambon, saat meninjau kawasan banjir Diponegoro Sabtu
(3/8).
Ia mengaku,
seluruh aparat pemkot, bersama TNI Polri sejak terjadinya bencana langsung
turun melakukan upaya pembersihan dan pemberian bantuan tanggap darurat.
Dirinya berharap masyarakat korban banjir bersabar
dan bekerja sama
dengan pemerintah membersihkan lingkungan.
Kerusakan
fasilitas umum dan rumah warga paska bencana tahun 2012 saja hingga kini belum
diperbaiki, karena anggaran dari pusat belum dikucurkan, telah menyusul lagi
bencana yang sama di tahun 2013 ini.
Sedangkan APBD
Pemkot Ambon dan provinsi Maluku terbatas untuk melakukan proses rehabilitasi.
Sementara itu warga pengungsi banjir yang berdomisili di Kelurahan Urimesing
mengeluh, karena pemkot lebih memperhatikan lokasi lain disbanding wilayah mereka.
“Bencana banjir
yang melanda daerah kami sudah terjadi sejak tahun 2012 lalu. Sekarang banjir
susulan di tahun 2013, masih saja pemkot tidak memperhatikan kami. Tidak
pernaha ada upaya penanganan apapun, kami sudah lakukan aksi demo baru Walikota
Ambon dan jajarannya mau turun ke kawasan kami,” ucap seorang warga Diponegoro
Hengky Pesiwarisa kepada SP di Ambon, Senin (5/8).
Kalau dirinya
dan beberapa warga pengungsi tidak lakukan aksi demo, pemkot tidak akan datang
ke lokasi pemukiman mereka. Ia menambahkan, pemkot Ambon diharapkan bisa
memperhatikan keresahan warga dan secepatnya merehabilitasi sejumlah talud yang
sudah patah.
Sementara
itu Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Eko
Wiratmoko memerintahkan personil TNI untuk membantu warga melakukan pembersihan
material banjir yang memenuhi sejumlah kawasan akibat banjir dasyat yang
melanda Kota Ambon, 30 Juli lalu.
"Saya sudah
perintahkan seluruh personil TNI untuk optimal membantu warga di berbagai
kawasan membersihkan material bebatuan, endapan lumpur dan tanah yang memenuhi
rumah dan kawasan pemukiman warga," kata Pangdam Mayjen Eko Wiratmoko, di
Ambon, Sabtu (3/8).
Menurut dia,
banjir tahun ini tergolong lebih parah dibanding peristiwa serupa pada 1
Agustus 2012.
"Banjir
tahun ini lebih parah dibanding peristiwa bencana 1 Agustus 2012. Hampir semua
pemukiman terendam banjir. Bahkan ada kawasan tertentu yang ketinggian airnya
mencapai lebih dari dua meter," kata Pangdam.
Pembersihan
material sampah dan lumpur pada sejumlah pemukiman warga tidak bisa
diselesaikan dalam sehari, karena materialnya sangat banyak, di samping
ketebalan endapan lumpur dan sampah bisa merata diatas 50 centimeter.
Selain bantuan
personil untuk melakukan pembersihan, Kodam Pattimura juga menyalurkan bantuan
tanggap darurat kepada keluarga anggota maupun masyarakat yang menjadi korban
banjir tersebut, diantaranya kepada 42 kepala keluarga (KK) warga Batu Gajah
yang sedang mengungsi pada Baileo Slamet Riyadi, Korem 151 Binaya. Sumber : www.suarapembaruan.com