Senin, 05 Agustus 2013

Pasukan Garuda Bantu Masjid di Kongo



Sun,04 August 2013 | 06:21

JAKARTA -- Sebanyak 175 personel TNI bergabung dalam misi perdamaian di Kongo, Afrika. Selain menjaga keamanan, mereka mengemban misi sosial dan budaya.

Kegiatan Pasukan Garuda di Kongo tidak melulu terkait dengan keamanan. Mereka juga harus bisa menjalin hubungan harmonis dengan warga lokal. Banyak cara yang dilakukan. Kemarin (4/8), misalnya, anggota Pasukan Garuda mengunjungi masjid di Kota Dungu. Satgas kompi zeni yang tergabung dalam misi Monusco (Mission de I'Organisation de republic des Nation Unies Pour la Stabilisation en Republique Democratique du Congo) itu menyumbang mimbar dari kayu dan buku-buku agama.

"Mimbar itu dibuat sendiri oleh prajurit yang tergabung di Kontingen Garuda. Kebetulan ada yang dari Jepara dan ahli ukir mebel kayu," ujar Perwira Penerangan Kontingen Garuda Kapten Laut Dimas Apriyanto melalui surat elektronik kemarin.

Bantuan diserahkan oleh Komandan Satgas Kompi Zeni Pasukan Garuda Kongo Letkol Irfan Siddiq dan diterima pengurus takmir. "Ini juga dalam rangka momentum bulan Ramadan. Kita selalu berusaha mendekatkan diri dengan masyarakat di mana kita bertugas," katanya.

Dimas menjelaskan, misi satgas kompi zeni di Kongo adalah membantu perbaikan infrastruktur. Misalnya, perbaikan jalan, jembatan, dan rumah penduduk. Alumnus Akademi Angkatan Laut (AAL) Bumimoro, Surabaya, itu menjelaskan, masyarakat Kota Dungu mayoritas muslim. "Prajurit yang di sini mudah akrab dan gampang diterima. Kita juga sering diundang berbuka di rumah-rumah tokoh warga," katanya.

Pasukan TNI yang dikirim ke Kongo berasal dari kesatuan zeni. Dalam kondisi pertempuran, spesialisasi mereka adalah menyiapkan fasilitas pendukung perang. Misalnya, ketika pasukan infanteri akan masuk menyerbu kota, zeni akan menyiapkan jalur tank, jembatan darurat, dan sebagainya. "Tapi, dalam misi perdamaian, keahlian itu disalurkan untuk membangun fasilitas umum," jelas Dimas.

Keterampilan prajurit zeni di Pasukan Garuda Kongo mendapat pengakuan dari otoritas setempat. Gubernur Provinsi Orientale Bamanisa memuji dan mengucapkan terima kasih kepada Kontingen Garuda Indonesia yang sedang bekerja memperbaiki jalan.

"Kontingen Garuda XX-J telah membangun jalan dengan begitu hebat. Ini merupakan suatu prestasi yang luar biasa dan sangat membanggakan. Saya yakin, rakyat Kongo sangat berterima kasih kepada Kontingen Garuda, begitu juga PBB sebagai sponsor dalam misi perdamaian ini." Begitulah pernyataan resmi Bamanisa yang didokumentasikan satgas penerangan Pasukan Garuda Kongo.

Perwakilan Khusus Sekjen PBB untuk Misi Monusco Roger Mecce dalam kunjungannya April lalu secara khusus menyampaikan rasa bangganya kepada Kontingen Garuda.

Berdasar hasil laporan di kantor pusat Monusco di Kinshasha, Kontingen Garuda merupakan kontingen yang paling minim melakukan pelanggaran dan memiliki predikat terbaik di antara kontingen PBB lainnya. Satgas Kizi TNI Konga (Kontingen Garuda) XX-J berjumlah 175 personel dari tiga matra, yaitu darat, laut, dan udara. Mereka bertugas selama setahun di Kongo. Kontingen itu menggantikan pasukan sebelumnya, Satgas Kizi TNI Konga XX-I, yang habis masa tugasnya Desember 2012.
Sejarah kedatangan pasukan TNI di Kongo sudah berlangsung puluhan tahun lalu. Pada Desember 1962 Kontingen Garuda III di bawah pimpinan Kolonel Kemal Idris bergabung dalam UNOC (United Nations Operation in the Congo). Kontingen tersebut bertugas saat kondisi Kongo masih sangat genting.

Saat itu kelompok milisi pimpinan Moises Tsommbe ingin lepas dari pemerintah Republik Demokratik Kongo pimpinan Presiden Kasavubu. Rakyat sipil menjadi korban.

Suatu hari terjadi serangan oleh 2.000 gerilyawan Kongo ke markas Pasukan Garuda. Saat itu markas hanya dipertahankan 300 tentara. Setelah baku tembak berjam-jam, gerilyawan dapat dipukul mundur.

Untung, tak ada korban di pihak Indonesia. Letjen Kemal Idris menceritakan peristiwa tersebut dalam buku biografi, Kemal Idris, Bertarung dalam Revolusi. Sejak itu anggota Garuda III dikenal orang-orang Kongo dengan julukan Les Spiritesses, pasukan yang berperang dengan cara yang tidak biasa dilakukan. (rdl/c10/ca)