Magelang, Diawali suara ledakan, suara sirene dan teriakan pelatih yang
terdengar sangat keras di pengeras suara menandai dimulainya masa orientasi
terhadap 453 orang calon Prajurit Taruna (Capratar) Akademi TNI. Hiruk pikuk
dan kegaduhan serta kebingungan para calon Prajurit Taruna karena tidak menyangka
akan adanya suara-suara yang keras dan bising terlihat jelas di lapangan Sapta
Marga, Akmil Magelang.
Kegiatan Masa orientasi merupakan
suatu bagian dari pembinaan dan pelatihan awal yang harus diberikan kepada
setiap calon Prajurit Taruna pada awal pendidikan keprajuritan. Kegiatan ini
diberikan bertujuan untuk membentuk dan menyiapkan fisik dan mental sebelum
menusuki pendidikan militer yang sesungguhnya, secara bertahap bertingkat dan
berlanjut.
Setelah terjadinya hiruk pikuk
tersebut para calon Prajurit Taruna diarahkan untuk menuju Puncak Tidar yang
merupakan Tradisi Wajib" yang terus dipelihara hingga kini. Puncak Tidar
merupakan sebuah bukit berbatu (menurut cerita Jawa, Bukit Tidar merupakan
"Pakunya Pulau Jawa") dimana Barak Resimen Chandradimuka berada
persis di kaki Bukit Tidar, sehingga Resimen Chandradimuka seperti cerita dalam
pewayangan adalah "Kawah Chandradimuka" yang
menggembleng para calon Prajurit Taruna untuk menjadi Taruna Akademi TNI yang
tanggap, tanggon dan trengginas dengan kemampuan intelektualitas yang tinggi,
disiapkan guna menjadi calon Perwira TNI yang handal dan professional di
bidangnya.
Dari puncak Tidar, para calon
Prajurit Taruna kemudian melaksanakan lintas medan dengan berlari dan
sesekali berjalan menuju daerah Gending, dimana di daerah tersebut terdapat
"Mata Air Gending" yang konon berjumlah seribu. Mata air tersebut
menurut cerita rakyat setempat berasal dari Gunung Merapi dan oleh masyarakat
sekitar air dari mata air tersebut dianggap "Keramat". Di tempat
tersebut diadakan suatu upacara adat yang diakhiri dengan penyiraman air dari
mata air Gending kepada seluruh para calon Prajurit Taruna. Hal ini sebagai
makna para calon Prajurit Taruna dibersihkan segala pikiran jahat dan hawa
napsu yang tidak baik.
Kegiatan kemudian berlanjut dengan
berjalan beriringan menuju desa Pirian yang berjarak kurang lebih 4 km. di
desa tersebut paracalon Prajurit Taruna melaksanakan "Karya Bhakti"
pembersihan dilingkungan desa Pirian. (ay),
Sumber Koran: Pelita (05 Agustus 2013/Senin, Hal. 13)