30 June 2013 |
19:12
Semua orang harus
sadar bahwa prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat
adalah juga manusia. Mereka tak luput dari kesalahan. Bila teman mereka dibunuh
preman, wajar kalau mereka membalasnya sebagai manusia. Seekor macan tidak akan
menggigit, bila tidak diganggu. Begitu pula dengan kedua belas prajurit
Kopassus yang saat ini sedang menjalani persidangan di Pengadilan Militer II-11
Yogyakarta. Mereka tidak terima teman mereka dibunuh secara keji dan biadab
oleh preman asal NTT, di Hugos Café, Yogyakarta.
Meski begitu,
mereka tetap bersalah. Setiap prajurit yang melanggar hukum, maka peradilan
militer-lah jawabannya. Hal itu diatur dalam UU No 31 Tahun 1997 tentang
Peradilan Militer dan hukum yang berlaku adalah Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM). Setiap
anggota militer yang melakukan pelanggaran, hukumannya akan lebih berat
ketimbang masyarakat sipil.
Apa yang dilakukan
keduabelas prajurit Kopassus bukanlah pelanggaran HAM, karena apa yang
dilakukan preman di Hugos Café terhadap Kopassus juga bisa ditafsirkan
melanggar HAM, karena membunuh prajurit elit Indonesia.
Peristiwa
penyerangan LP Cebongan, bukan peristiwa Genosida atau Genosid. Sebab Genosida
adalah pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa
atau kelompok dengan maksud memusnahkan atau membuat punah bangsa tersebut.Apa
yang dilakukan Kopassus adalah aksi spontanitas karena jiwa korps satuan
(Korsa) yang tertanam dalam setiap dada prajurit TNI.
Dalam rekaman CCTV
di Hugos Café, saat penganiayaan dan pembunuhan di Hogos Café, prajurit
Kopassus yang sedang berdinas sudah menyatakan bahwa dia adalah prajurit
Kopassus, tapi para preman (termasuk Polisi Bripka Juan) itu bukannya
menghormati, malah justru memukul, menganiaya, dan jumlah preman itu bertambah
banyak yang mengeroyoknya.
Kepala prajurit
Kopassus dipukul pakai botol minuman keras, sudah roboh, malah ditusuk dengan
pisau, dihajar, ditendang, dan sudah tidak bergerak (meninggal) masih juga
diseret-seret mayatnya. Siapapun yang melihat rekaman video ini jelas darahnya
akan mendididih. Jadi, kenapa Komnas HAM yang dibiayai asing itu malah
menyalahkan Kopassus???
Kesatria Kopassus
dalam sebuah akun menyatakan nyawa satu orang Kopassus lebih berharga dari
seribu preman. Mereka menyatakan perang terhadap preman dan berjanji akan
membersihkan republic ini dari preman.Kopassus meminta para preman
berhati-hati, sebab didalam penjara saja mereka bisa terbunuh, apalagi
dijalanan.
Apa yang dilakukan
Kopassus mendapat dukungan masyarakat. Untuk apa dan apa untungnya kita
mendukung preman yang sudah banyak merugikan masyarakat Indonesia? Lebih baik
kita dukung Kopassus yang bisa menyelamatkan bangsa dan negara kita. Perlu kita
ketahui untuk melatih satu orang prajurit Komando biayanya tidak sedikit.
Mereka
berlatih bertaruh
nyawa untuk mendapatkan baret merah. Sementara preman, hanya memperkaya
kelompoknya saja, dengan memeras, menjadi debt collector yang pekerjaannya itu
tidak membutuhkan keringat, cuma butuh otot.
Lihat saja di
Papua, seorang Letnan Kopassus tewas ditembak separatis Papua. Lalu preman asal
Ambon, NTT, dll, apa yang mereka perbuat untuk bangsa dan negara ini (selain
memeras)??? Sudah menjadi rahasia umum bahwa para preman itu berlindung dibalik
yayasan yang dipegang aparat penegak hukum. Cuma sayangnya aparat penegak hukum
(apalagi satu suku) berdiam diri dan asyik menerima setoran dari mereka. Jadi
bagaimana mau diberantas, kalau para preman itu ada yang membekingi dan
melindungi.
Saran saya,
sebaiknya saya sebut saja Polisi atau aparat lain, janganlah mendekati para
preman-preman itu, kalau Polisi mau di cap positif, karena Gus Dur pernah
bilang, hanya ada dua Polisi yang baik di negeri ini, yakni Polisi Tidur dan
Jenderal Hoegeng (mantan Kapolri).Setiap café dan diskotik serta tanah-tanah
kosong selalu ada preman, mau jadi apa bangsa ini bung ! Memang kita butuh
pimpinan bertangan besi yang keras dan tegas (jangan lembek) yang bisa
mengatakan dan memerintahkan : “Segera hapuskan Premanisme di negeri ini”.
Selama ini yang dirazia Polisi hanya preman terminal dan jalanan, supaya
kelihatan ada kerjanya.
Padahal, preman
yang sebenarnya itu yang ditakuti masyarakat adalah preman pimpinan Hercules
dan Jhon Kei yang tidak melihat siapa didepan mereka, tentara-pun dibunuh sama
mereka. Jadi kita mau dukung Preman atau prajurit Kopassus yang sekarang
disidang??