Selasa, 09 Juli 2013

JELANG PEMILU_TNI AD Pertahankan Netralitas


JAKARTA: Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Moeldoko menegaskan jajaran TNI, termasuk prajurit AD, tidak boleh berpolitik praktis. Netralitas tetap dipegang teguh manakala segenap masyarakat menyongsong tahun politik 2014.

Penegasan tersebut disampaikan Moeldoko usai menggelar acara silaturahmi dengan para tokoh politik dan tokoh masyarakat di Balai Kartini, Jakarta, Senin (8/7) pagi.

Ketika ditanya apa komentarnya tentang Jenderal TNI (Purn) Pramono Edhie Wibowo yang sedang ramai disebut-sebut sebagai calon yang akan ikut dalam konvensi Demokrat?  Moeldoko menjawab siap mendukung secara moril kepada mantan KSAD itu, jika benar-benar ikut dalam konvensi yang mulai digelar Partai Demokrat.

"Kalau dukungan moril ya kita dukung dong, pasti kita dukung," kata Moeldoko. Tapi, lanjutnya, dukungan dia berikan sebagai pribadi. Tidak mewakili TNI AD yang dia pimpin. Sebab prajurit TNI tetap harus menjaga netralitasnya. "Kalau dukungan politik tidak boleh, itu ranah poiliitik. Tapi kalau dukungan moril ya kita dukung," kata Moeldoko.

Dalam Rakernas Partai Demokrat, baru-baru ini Pramono Edhie tampak diantara petinggi partai itu. Dia hadir sebagai anggota Dewan Pembina Demokrat. Belakangan, adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini menjadi salah satu orang yang banyak disebut layak ikut konvensi capres yang akan digelar partai tersebut.

Dahulukan Dialog
Sementara itu, KSAD Moeldoko dalam acara silaturahmi yang dihadiri 80 undangan itu, menyatakan harapannya dengan pertemuan ini dapat mengukuhkan persatuan bangsa sesuai tema acara "Silaturahmi KSAD dengan Para Tokoh Guna Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa".

Dalam kesempatan itu KSAD menjelaskan, bahwa prajurit TNI AD tidak akan mengedepankan cara-cara kekerasan atau represif dalam menangani permasalahan bangsa. TNI, ujarnya, akan mendahulukan cara dialog atau forum diskusi dengan seluruh elemen masyarakat untuk mencari solusi permasalahan yang terjadi.

"Kami ingin melakukan pendekatan melalui budaya komunikasi dengan membuka dialog atau forum diskusi. Forum diskusi dilakukan untuk memberikan informasi, bukan mengendalikannya, “kata Moeldoko.

Tampak hadir di acara ini sejumlah tokoh masyarakat, seperti mantan Ketua MPR Amien Rais, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat Ma'ruf Amin, Perwakilan tokoh budaya adat Betawi Ridwan Saidi, dan mantan Menpora Adyaksa Dault yang mewakili pemuda, serta pengusaha nasional Setiawan Djodi.

Berbagai isu, lanjutnya. bergulir baik dari dalam maupun luar negeri yang bisa berdampak negatif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Mulai dari isu-isu nonkovensional, isu nontradisional, isu nonmiliter, multidimensional hingga isu transnasional. Dalam menyikapi situasi tersebut, TNI melakukan langkah inovasi seiring reformasi kultural yang menjadi salah satu bagian dari reformasi TNI.

Untuk itu, jelasnya, TNI AD akan melatih para prajurit agar mampu berpikir secara inovatif dan kritis, serta harus dapat berkomunikasi dengan efektif. Prajurit juga dilatih memahami krisis secara global dan memperhitungkan serta menganalisa situasi yang ambigu dan kompleks.

Semua itu, ujar  Moeldoko, dilaksanakan dengan tetap memegang teguh tugas pokok TNI berdasarkan UU No 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia yang melingkupi operasi militer perang dan operasi militer non perang, hingga pembinaan teritorial (binter). "Bentuk pengabdian TNI untuk ikut menyelesaikan berbagai persoalan  yang dihadapi masyarakat,” tutur Moeldoko. (windiarto/Feber.S), Sumber : Suara Karya, Selasa, 9 Juli 2013/hal. 4