JAYAPURA
- Seorang bocah bernama Arlince Tabuni 12 tahun, tewas dalam baku tembak antara
pasukan gabungan Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian RI dan Organisasi Papua
Merdeka di Tiom, Kabupaten Lanny Jaya dua hari lalu, sekitar pukul 17.00.
Jenazah Arlince kini disemayamkan di rumah duka di Tiom. "Korban meninggal
akibat terkena peluru," kata juru bicara Komando Daerah Militer XVII
Cenderawasih, Letnan Kolonel Jansen Simanjuntak, di Jayapura kemarin.
Jansen menjelaskan, baku tembak terjadi di pinggir
Kota Tiom, saat pasukan gabungan TNI/ Polri mengejar kelompok OPM, yang diduga
dipimpin Purom OkinakWenda. "Waktu itu sudah mulai gelap, dalam perjalanan
pulang ke kota, tiba-tiba ada tembakan, anggota langsung membalas," kata
dia. Setelah pasukan gabungan sampai di Kota Tiom, Jansen menambahkan, barulah
tersiar kabar seorang anak kecil tertembak.
Pasukan gabungan TNI/Polri mengejar kelompok Puron
Wenda setelah mereka diduga membakar dan menembak tiga polisi di Kepolisian
Sektor Pirime, Lanny Jaya, 27 November 2012 lalu.
Tiga polisi yang tewas ditembak dan dibakar adalah
Kepala Kepolisian Sektor Pirime Inspektur Satu Rofli Takubesi dan dua anggotanya,
Bngadir Satu Daniel Makuker serta Brigadir Satu Jefri Rumkorem. Sementara itu,
satu anggota polisi lainnya selamat karena melarikan diri. Dalam penyerangan
tersebut, pelaku juga merampas revolver milik Rofli dan dua senjata laras
panjang.
Menurut Jansen, TNI kini tengah menyelidiki
tewasnya Arlince. Bocah perempuan korban penembakan itu adalah anak dari
keluarga seorang penginjil di Kampung Popome, Tiom. Jansen berjanji menjelaskan
detail peristiwa itu jika penyelidikan sudah selesai. "Nanti akan diberikan
ke media, supaya lebih ielas."
Hingga kemarin, belum diketahui apakah Arlince
ditembak oleh TNI atau kelompok bersenjata. "Saya belum bisa bilang kalau
korban tertembak dari pihak siapa atau dari peluru nyasar." Namun Jansen
memastikan akan menindaklanjuti peristiwa ini jika pelaku penembakan adalah
anggota TNI. "Tak mungkin kami biarkan." Hukuman kepada pelaku
penembakan, kata Jansen, bisa berupa pemecatan.
Jansen mengatakan TNI tak akan sengaja menembak
seorang anak kecil. "Panglima tiap kali menyampaikan jangan sekali-kali
melakukan kekerasan terhadap warga sipil, apalagi anak kecil," kata
Jansen. Amanat ini, kata dia, wajib dipatuhi seluruh anggota TNI.
Kepala Pusat Penerangan TNI Laksamana Muda Iskandar
Sitompul mengaku belum mengetahui peristiwa ini. Namun dia berjanji menyelidiki
informasi ini. "Akan kami cari data dulu ke lapangan," kata Iskandar
ketika dihubungi kemarin. (JERRY OMONA |
WAYAN AGUS PURNOMO), Sumber: Koran Tempo (03 Juli 2013/Rabu, Hal 09)