TIDAK ada habisnya ancaman yang ditebar oleh
kelompok bersenjatan yang diduga Organisasi Papua Merdeka (OPM). Sekali lagi,
anggota TNI menjadi korban ulah perilaku keji yang dihadang oleh tujuan orang
anggota OPM dengan dilengkapi senjata api laras panjang. Tebar teror yang
terjadi setiap saat di sekitar kawasan Puncak Jaya sengaja dilakukan untuk
menunjukkan kekuatan serta eksistensi mereka bahwa walaupun mereka berkelompok
kecil tetapi frekuensi penembakan dilakukan sesering mungkin.
Perlu diingat jumlah kelompok bersenjata di wilayah
Puncak jaya sekitar 1.000 orang. Mereka terbagi dalam beberapa kelompok dengan
pimpinannya masing-masing. Seperti Goliath Tabuni memiliki pengikut sekitar 200
orang. Kelompok Militer Murib dan Mathias Wenda juga punya anak buah yang
jumlahnya juga sekitar 200 orang. Kelompok-kelompok lain seperti John Yogi,
Lamber Pekikir rata-rata 50 orang. Ada juga kelompok yang berhasil ia bujuk
untuk turun dari gunung, melepaskan senjata dan kini sudah kembali hidup di
tengah masyarakat.
Ancaman konvensional nyata terhampar didepan mata.
Sekelompok separatis yang mencoba untuk mengganggu ketenteraman dengan setiap
waktu dan secara leluasa melakukan pembunuhan terhadap anggota TNI yang sedang
bertugas. Bukan tidak mungkin, perlunya peningkatan status siaga khusus di
daerah Puncak jaya untuk mengerahkan kekuatan keamanan dalam memberantas dan
mempersempit gerakan anggota separatis.
Sekali lagi, NKRI tidak akan mentolerir aksi dan
membiarkan separatis menancapkan kukunya di bumi Cenderawasih. Pemerintah
segera harus melakukan perkuatan dengan gelar pengamanan yang dilakukan setiap
saat khusus di wilayah Puncak Jaya, merupakan salah satu daerah zona merah.
Jangan biarkan masyarakat Indonesia disuguhi pemberitaan lagi tentang
penembakan dan pengrusakan di wilayah Papua. Sudah waktunya Papua membangun tanpa
dihalang-halangi oleh hilangnya rasa keamanan masyarakat setempat. (JULIA GISEL, Jalan Pancoran Timur Raya
Perdatam, Nomor 13 Jakarta Selatan), Sumber: Majalah Gatra (14 Juli
2013/Minggu, Hal 09)