SABTU, 13 JULI 2013
| 17:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Kepala Kepolisian RI Jenderal Timur
Pradopo untuk membuat tim khusus untuk mengungkap motif kerusuhan di Lembaga
Pemasyarakatan Tanjung Gusta Sumatera Utara. Hal ini disampaikan Menteri
Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto sebagai hasil rapat
kabinet terbatas hari ini.
"Presiden
minta apakah memang murni ketidakpuasan narapidana atas listrik dan air yang
putus, atau ada unsur lainnya," kata Djoko Suyanto usai rapat di Base Ops
TNI Angkatan Udara Halim, Sabtu, 13 Juli 2013.
Hingga saat ini,
laporan yang diterima presiden kerusuhan disebabkan kelebihan kapasitas yang
sangat besar. Berdasarkan data Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Lapas,
Tanjung Gusta dihuni 2.596 narapidana. Kapasitas lapas sendiri hanya mampu
menampung hingga 1.054 orang.
"Dari hasil
rapat, ada langkah-langkah diinstruksikan untuk merelokasi para napi ke lapas
yang lain, tidak harus di Medan, bisa juga ke tempat lain," kata Djoko.
Timur Pradopo
sendiri mengklaim saat ini tengah melakukan banyak operasi, termasuk pengejaran
para narapidana yang melarikan diri. Ia juga menyatakan, seluruh yang
disampaikan presiden dalam rapat adalah fakta dan akan dilaksanakan. "Kita
harus meningkatkan terus. Karena kejadiannya di LP, kita koordinasi
terus," kata Timur.
Pada 11 Juli,
narapidana Lapas Tanjung Gusta melakukan tindakan anarki dengan menciptakan
kerusuhan dan pembakaran. Kerusuhan yang menyebabkan lima orang meninggal ini
menyebabkan 212 orang narapidana melarikan diri. Kerusuhan diduga disebabkan
putusnya pasokan listrik dan air. (FRANSISCO ROSARIANS)