Senin, 22 Juli 2013

MODERNISASI ALUTSISTA_Andalkan Produk Lokal


Apakah ancaman yang paling me­nonjol dari keamanan domestik?
Yang paling banyak yaitu pilkada. Yang kalah anarkis. Strateginya menjadi domain Kemendagri dan Polri. Prinsip­nya, kami menginginkan agar UU Kamnas Keamanan Nasionali bisa disahkan. Agar tugas-tugas keamanan nasional bisa dibagi. UU Kamnas merupakan arahan strategis kepada pemangku kepentingan keamanan.

Misal di suatu daerah terjadi pilkada yang rusuh, presiden sebagai ketua De­wan Keamanan Nasional (DKN] akan memberikan penguatan misalnya polisi, intel dan tentara untuk siaga. Imple­mentasi dari UU ini agar masing-masing pihak bisa menangani persoalan secara simultan. Kelemahan kita dalam me­nangani konflik yaitu tidak ada sistem yang baik. UU ini sebagai sistem untuk menyinkronkan UU nasional supaya terkoordinasi.

Bagaimana kesiapan Indonesia un­tuk ikut perang?
Kita bangun dari dua sisi yaitu profe­sionalisme prajurit TNI dan modernisasi alutsista. Di Era 1998, kita-kita masih kon­solidasi reformasi birokrasi dan personil. Kita sejahterakan personilnya sehingga bisa menghidupi kehidupan sehari-hari prajurit.

Setelah 10 tahun kita reformasi birokrasi dan personil, kita modernisasi alutsista. Tahun 2010, kita sudah melakukan renstra pembangunan modernisasi alusista. Kita kenal dengan Minimum Essential Force (MEF). Kita bangun kekuatan secara bertahap.

Yang menggembirakan bahwa selama 2010-2014 sudah ada alokasi sebanyak Rp 150 triliun untuk pembangunan MEF atau modernisasi alutsisita. Dengan kekuatan alutsista yang ada, kita nomor 18 sedunia. Dalam jangka panjang, alutsista kita jangan sampai tergantung dengan orang lain. Kita sudah memiliki renstra. Untuk alutsista darat kita memiliki PT Pindad, angkatan laut ada PT PAL, angkatan udara kita ada PT DI.

Bagaimana dengan ancaman hacker yang ada di Indonesia?
Salah satu ancaman yang nyata saat ini, yakni ancaman cyber. Untuk meng­hadapi hacker kita memiliki Kementerian Komunikasi dan informatika yang me­miliki pengamanan terhadap badan, dan operator jaringan.
Kemhan juga memiliki tim untuk me­ningkatkan kemampuan cyber defence. Dalam waktu dekat ini akan ditingkatkan baik dalam hal cyber security maupun kemampuan SDM.

TNI melakukan latihan perang, seberapa penting latihan ini?
Latihan itu untuk melatih profe­sionalisme prajurit dalam perang. Prajurit harus dilatih bagaimana meng­hadapi perbatasan baik laut dan darat. Misalnya penyusupan narkoba atau manusia. Latihan ini penting untuk menghadapi narkoba, illegal logging, illegal fishing dan sebagainya. Masing-masing negara memiliki kawasan teritorialnya. Latihan bersama bisa meningkatkan koordinasi dan kemampuan.

Bagaimana dampak politik luar negeri seperti kebijakan rudal oleh Korea Utara terhadap Indonesia?
Berpengaruh, karena rudal ini bisa diaktifkan dalam jarak jauh. Bisa jatuh di wilayah teritorial Indonesia. Secara fisik, kebijakan ini juga bisa berpengaruh terhadap stabilitas keamanan di regional, terutama di Asia Pasifik kalau sampai terjadi perang antara Korea Utara dan Korea Selatan.

Apa upaya dari Indonesia untuk mencegah hal tersebut?
Di Korea Utara sudah ada wadahnya yaitu perundingan enam negara yakni Korea Utara, Korea Selatan, Amerika, Jepang, Cina dan Rusia. Indonesia bebas aktif. Salah satu yang bisa kita lakukan adalah secara informal. Salah satunya yang dilakukan oleh Ibu Megawati. Karena ada kedekatan pimpinan Korea Utara dengan presiden Soekarno sehingga hal ini bisa diterima oleh mereka.

Upaya juga terus dilakukan agar saat ini sudah ada pembicaraan dari pemimpin Korea bahwa ia ingin damai. Saya kira itu kemajuan. Upaya lain, secara diplomatik, menteri luar negeri RI menekan Korut, agar damai. Memberikan keyakinan kepada Korut untuk tidak melakukan uji balistik ini. Sumber Koran: Republika (22 Juli 2013/Senin, Hal. 04)