JAKARTA - Kementerian Pertahanan (Kemhan)
meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (WTP-DPP) atau
catatan atas laporan keuangannya untuk tahun 2012. Pemeriksaan laporan keuangan
Kemhan tahun 2012 dilaksanakan sejak tanggal 30 Januari 2013 hingga 30 Mei 2013
oleh 51 anggota tim Pemeriksa Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Hasil pemeriksaan laporan keuangan Kemhan disampaikan
Ketua BPK Hadi Poernomo kepada Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro
pada acara Penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan
Kementerian/Lembaga Tahun 2012 di Auditorium BPK, Jakarta, Senin (17/6) lalu.
Penilaian laporan keuangan Kemhan itu diaudit
bersama 19 kementerian atau lembaga lainnya yang berada dalam pengawasan
Auditorat Keuangan Negara (AKN) I. Di antaranya adalah Kementerian Koordinator
Politik Hukum dan HAM, Kementerian Hukum dan HAM, Polri, Kementerian
Perhubungan, Badan Intelijen Negara (BIN), Badan Nasional Narkotika (BNN),
Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas).
Tak dapat dimungkiri, Purnomo Yusgiantoro sukses
meningkatkan kinerja Kemhan. Buah kepemimpinannya sebagai Menhan tergambar di
berbagai aspek. Antara lain, kini di bawah "komando" pria kelahiran
Semarang pada 16 Juni 1951, ini, Kemhan meraih WTP-DPP itu.
"Mencapai prestasi ini bukan pekerjaan ringan.
Segenap jajaran Kemhan mendapatkannya melalui proses perjuangan dan kerja
keras," kata Purnomo seraya berharap di masa datang bisa lebih baik. Ke
depan, dia menargetkan meraih opini WTP tanpa paragraf penjelasan.
Diakui Dunia
Purnomo mengatakan, menteri-menteri pertahanan dari
negara-negara sahabat menghargai dan menghormati peran serta posisi menonjol
Indonesia di Asia. Kemhan telah mengadakan sedikitnya 14 pertemuan bilateral
dengan sejumlah menteri pertahanan dan pejabat pertahanan dan keamanan asing,
awal bulan lalu di sela Pertemuan Tingkat Tinggi Keamanan ke-12 di Singapura.
Dalam forum yang juga dikenal The Shangri-La Dialogue (SLD) sejak 31 Mei hingga 2 Juni itu, Purnomo
berbicara dengan tema Modernisasi Militer dan Transparansi Strategik bersama
Menhan Australia Stephen Smith, dan Menhan Inggris Philip Hammond.
Para Menhan yang mengapresiasi RI antara lain Chuck
Hagel dari Amerika Serikat, Stephen Smith dari Australia, Philip Hammond dari
Inggris, Itsunori Onodera dari Jepang, Jean Yves Le Drian dari Prancis, dan
Peter Mackay dari Kanada. "Dalam pertemuan bilateralnya, Menhan Chuck
Hagel berkali-kali mengatakan bahwa Indonesia masuk kelompok emerging powers di Asia bersama dengan
India dan China," kata Purnomo.
Menurut dia, tim AS yang membidangi kawasan Asia
Pasifik akan bertemu dengan tim Indonesia untuk menindaklanjuti pertemuan
bilateral itu. Hagel juga mengundang Purnomo untuk bertemu di AS, selain juga
dengan para Menhan ASEAN. Pertemuan
bilateral Purnomo dan para mitranya membicarakan kerja sama militer dan
Alutsista. "Kerja sama yang dibahas mencakup antarpertahanan, militer,
individu, pelatihan dan juga industri militer," katanya.
Purnomo mengaku memastikan posisi Indonesia jelas
dalam sengketa di Laut China Selatan yang melibatkan Malaysia, Filipina,
Brunei, Vietnam, Taiwan dan China. "Sengketa di wilayah itu diselesaikan
secara bilateral oleh negara-negara pengklaim dan Indonesia sebagai bukan negara
claimant terlibat dalam dimensi
multilateral," katanya. "Kita inginkan kebebasan pelayaran di Laut
China Selatan dan menjadi kawasan damai dan stabil.
"Purnomo juga menyinggung modernisasi pertahanan
Indonesia yang tak hanya melalui pengadaan persenjataan, tetapi juga
menciptakan peluang mengembangkan industri pertahanan nasional sendiri.
"Modernisasi militer di Indonesia juga termotivasi oleh ambisi kami untuk
memainkan peran yang meningkat dalam pemeliharaan keamanan dan perdamaian
internasional melalui operasi-operasi pasukan pemelihara PBB," katanya.
Menhan Pumomo mengatakan, Pemerintah dan DPR
sepakat untuk menaikkan anggaran pertahanan guna mengejar ketertinggalan Indonesia
di bidang itu. "Kami yakin anggaran (pertahanan-Red) akan tetap bahkan
mungkin dinaikkan pada tahun-tahun depan," katanya dalam Pertemuan Tingkat
Tinggi Keamanan ke-12 atau Shangri-La
Dialogue di Singapura, awal bulan lalu.
Dia menjeiaskan, modernisasi militer dalam konteks
reformasi nasional, modernisasi militer sebagai bagian dari pembangunan
nasional, serta modernisasi militer dan transparansi' strategik. "Di
Indonesia, modernisasi militer merupakan unsur kunci reformasi militer, yang
jadi bagian reformasi nasional mulai 1998," katanya.
RI merupakan salah satu negara yang terkena dampak
krisis finansial Asia pada 1997-1998. Pemerintah saat itu memperketat anggaran
dan memberikan prioritas pada pemulihan ekonomi. Pada pertengahan 2000-an
Indonesia akhirnya dapat mengatasi krisis dan ekonomi mulai tumbuh. Prioritas
anggaran saat itu diberikan pada pembangunan sosial terutama pendidikan, kesehatan
dan pengentasan kemiskinan.
Menurut Menhan, perundang-undangan yang direformasi
sangat jelas menekankan bahwa pertahanan nasional Indonesia berdasarkan pada
prinsip-prinsip demokrasi, hak asasi manusia, kesejahteraan rakyat, lingkungan
hidup, hukum nasional dan juga prinsip-prinsip serta norma-norma internasional.
Ini menjadi acuan tingkah laku atau bahkan tata perilaku militer Indonesia. (Yudhiarma), Sumber Koran: Suara Karya (12
Juli 2013/Jumat, Hal. 03)