INDUSTRI pertahanan Indonesia diperkirakan
dalam beberapa tahun mendatang akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan
yang pesat. Sejumlah pesanan atau order Alutsista baik dari luar negeri maupun
sudah mulai mengalir. Sejumlah produsen Alutsita utama yang lokomotifnya adalah
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) industri strategis seperti PT Pindad dan PT
Dirgantara Indonesia mengalami permintaan yang cukup signifikan.
Upaya serius pemerintah memasarkan persenjataan dan
teknologi militer daiam negeri terus diiakukan , melalui Kementerian Pertahanan
gencar meiakukan promosi ke sejumlah negara-negara kawasan baik di Asia
Tenggara maupun di Benua Afrika. Hasil dari road
show ke sejumlah negara-negara tersebut mendapat respon dan apresiasi
positif.
Bahkan untuk mendukung dan memandirikan Alutsita
dalam negeri, tidak tangung-tanggung, Kementerian Pertahanan memberikan sinyal
tantangan kepada pabrikan Alutsista dalam negeri agar memproduksi peralatan militer
sebanyak-banyaknya, pemerintah menjanjikan tidak usah khawatir tidak dibeli
pemerintah.
Kemhan, melalui Kapuskom Publik Brigjen TNI
Sisriadi menjartjikan akan menyerap berapapun jumlah aiat utama sistem senjata
(Alutsista) yang diproduksi dalam negeri. Hanya saja, kapasitas dengan yang
dibutuhkan masih menjadi kendala.
"Berapapun yang dibuat, kita (Kemhan) akan
serap, tapi itu pun masih terlalu kecil juga.Kebutuhan tank tempur sangat
banyak, sangat bagus kalau PT Pindad mampu memenuhi kebutuhan itu,"
katanya kepada Pelita beberapa hari laiu.
Sementara, Juru Bicara Komite Kebijakan Industri
Pertahanan (KKIP), Kementerian Pertahanan, Silmy Karim menjelaskan industri
pertahanan merupakan sebuah isu yang sangat sensitif. Bahkan saking
sensitifnya, menurut Silmi dimasa ia!u, pengembangan Alutsista miiiter
Indonesia diberi nama industri strategis. Namun sekarang, Indonesia sudah
berani maju ke depan dengan dengan menyebut industri pertahanan.
"Beberapa negara bahkan mungkin semua negara
tidak ingjn industri Alutsita Indonesia berkembang pesat," katanya.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Letjen
TNI Budiman mengatakan, dalam rangka mencapai cita - cita kemandirian dalam
memenuhi kebutuhan Alustsista dan Non Alustsista TNI, maka perlu dibuat suatu road map yang jelas yaitu dengan
memetakan industri pertahanan dalam negeri secara benar dan akurat.
"Kalau kita melihat industri pertahanan dan
teknologinya, maka kita melihat berbagai hal yang masih kita rasakan masih
mengalami kendala untuk menuju mandiri," kata Sekjen Kernhan.
Sekjen Kemhan berharap, melalui Rakor ini akan
dapat dirumuskan berbagai solusi, komitmen maupun keputusan dalam mewujudkan
sinergitas antara pemangku kebijakan, pengguna dan produsen bidang Alutsista
dan non Alutsista melalui pemberdayaan industri pertahanan dalam negeri.
Silmy Karim menambahkan pemerintah telah melakukan
berbagai persiapan demi merealisasikan proyek alat utama sistem persenjataan
(alutsista) ini. Di antaranya dengan menyediakan fasilitas untuk keperluan
produksi kapal selam di PT PAL Indonesia, Surabaya. "Untuk tahap awal
persiapan infrastruktur tersebut, pemerintah telah menggelontorkan dana sebesar
150 juta dolar AS," ujar Silmy.
Di samping itu, lanjut dia, sejumlah tenaga ahli
Indonesia juga diberangkatkan ke Korea untuk dibekali dengan pelatihan dan transfer of technology (ToT). Semua
langkah ini dilakukan sebagai bagaian dari upaya modernisasi alutsista TNI,
khususnya Angkatan Laut.
Seorang prajurit Marinir kepada Pelita dalam sebuah
acara"Piala Kasal Cup beberapa waktu lalu menyarankan agar pemerintah
terus mengembangkan dan membeli Alutsista dalam negeri.
"Membeli peralatan militer dari luar negeri
menurut Saya kurang bagus, tapi kalau industri Alutsista dalam negeri terus
menerus dibeli oleh pemerintah, lama kelamaan Alutsita lokal menjadi bagus
dan kuat," katanya. (zis), Sumber
Koran: Harian Pelita (08 Juli 2013/Senin, Hal. 17)