JAKARTA
- Polres Metro Jakarta Barat bersama Polda Metro Jaya akhirnya dapat mengungkap
pelaku penembakan, di lorong lantai 15 Edeleweis, "Apartemen Mediterania
H, Tanjung Duren, Jakarta Barat, Sabtu (13/7) sekitar pukul 22.00 WIB.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto, di
Mapolres Metro Jakarta Barat, Kamis (18/7) mengatakan, pelaku penembakan yang
berjumlah tujuh orang berhasil dilacak melalui CCTV apartemen. Penembak
diduga melibatkan dua orang Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Menurutnya, peristiwa penembakan tersebut
dilatarbelakangi penipuan yang dilakukan dua WNA asal Afrika, yakni Bah
Muhammed (30) dan Adelusi Oludare (46), yang hendak menjual mesin pengganda
uang palsu kepada salah satu tersangka Ha (45). "Korban melakukan penipuan
dengan modus mempunyai mesin pencetak mata uang euro dan dolar. Saat ini masih
dikembangkan motif dan kasus tersebut," ujarnya.
Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Fadil Imran
mengatakan, dari tujuh pelalai, polisi baru menangkap enam orang, satu pelalai
lagi masih diburu polisi. Keenam pelalai yang diamankan yakni Ha, Be (62), Gu
(40), Pur (38), dua anggota TNI berinisial AF dan FL "Satu tersangka lain
yang masih diburu berinisial R," ucapnya.
Fadil menjelaskan, kronologi kejadian penembakan,
berawal dari pertemuan dua WN Afrika bersama Ha dan enam kawannya di apartemen
tersebut. Ha yang merupakan pebisnis di bidang emas, kala itu akan membeli
mesin pengganda uang dari dua WN Afrika.
"Kamar untuk pertemuan dipesan oleh WN Afrika.
Mereka baru menyewa tempat itu pada malam itu juga untuk transaksi. Ha membawa
temannya untuk berjaga-jaga agar tidak tertipu," katanya.
Fadil menjelaskan, Ha harus merogoh kocek US$
150.000 atau senilai Rp 1,5 miliar, untuk membeli mesin tersebut. Ha pun sudah
menyiapkan sejumlah uang yang diminta. Namun, ia meminta kedua WN Afrika untuk
menguji mesin yang hendak mereka jual.
"Rupanya dua WNA itu sudah menyiapkan uang
asli berjumlah US$ 1.000. Namun, si korban meminta agar uang yang digandakan
lebih dari jumlah tersebut, tetapi yang keluar hanya kertas putih,"
katanya.
Merasa ditipu, para tersangka kemudian mengamuk.
Mereka mulai menganiaya kedua WN Afrika dengan menendang dan memukuli mereka.
Salah satu tersangka bernama Be, memanggil kedua anggota TNI yang sedang
berjaga di depan pintu kamar apartemen yang mereka sewa. "Lalu menembaki
kedua WN Afrika itu," ujarnya.
Fadil melanjutkan, keenam tersangka ditangkap di
sejumlah lokasi berbeda. Ha ditangkap di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan.
Dua anggota TNI diciduk di kawasan Cijantung, Jakarta Timur. "Sisanya
ditangkap di kawasan Jawa Barat, yakni Bandung dan Pandeglang,"
tuturnya.
Fadil juga mengatakan, polisi akan memeriksa kedua
korban WN Afrika tersebut, perihal keterlibatannya dalam kasus penipuan.
Namun, polisi masih menunggu izin dari pihak rumah salat untuk memeriksa kedua
korban tersebut.
Akibat perbuatannya, keenam pelalai dapat dijerat
dengan Pasal 338 KUHP juncto 53 tentang percobaan pembunuhan, Pasal 170 KUHP
tentang pengeroyokan, Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan, dan Pasal 335 KUHP
tentang perbuatan tidak menyenangkan.
"Dua anggota TNI sudah diserahkan ke POM
Kodam Jaya," ujarnya.
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Barat AKBP
Hengki Haryadi menjelaskan, mesin pengganda uang berbentuk kotak hitam mirip
dengan mesin pemutar video, dengan knop dan tuas pada bagian atasnya.
Di dalam mesin tersebut sudah terdapat uang dolar
asli yang dihitamkan dengan zat kimia. Dolar tersebut seolah dibuat dari kertas
palsu. "Padahal itu dolar asli, jika diteteskan cairan vitamin C dapat
berubah kembali menjadi dolar asli," katanya.
Cara kerja mesin tersebut terbilang cukup mudah.
"Uang asli hanya dimasukkan ke dalam mesin. Setelah beberapa lama akan
keluar uang hasil penggandaannya. "Uangnya memang asli, tapi dibuat
seolah tercetak dari kertas biasa. Jadi bisa dengan mudah mencetak uang dari
mesin itu," ucapnya. (Dany Putra),
Sumber Koran: Suara Pembaruan (19 Juli 2013/Jumat, Hal. 04)